Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Biaya Haji Indonesia Tidak yang Termurah di ASEAN

12 Februari 2019   19:22 Diperbarui: 13 Februari 2019   11:22 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak era Orba selalu saja didengung-dengungkan bahwa ada harga dan tarif di Indonesia yang lebih murah dan rendah daripada di negara-negara ASEAN lain. Sekarang Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan biaya haji Indonesia paling murah di ASEAN (setkab.go.id, 4/2-2019).

Kalau dilihat dari besaran angka, seperti pada tabel, memang benar ongkos naik haji (ONH), sekarang disebut Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), Indonesia lebih murah daripada Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia.

Biaya haji tahun 2018 dari Brunei (dalam dolar AS) 8.980, Singapura 5.323, Malaysia 2.557 dan Indonesia 2.232. Sebenarnya beda 'tipis'dengan Malaysia yaitu 325.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Angka-angka yang disampaikan Kemenag RI itu benar, tapi ada satu faktor yang diabaikan yaitu pendapatan per kapita di negara-negara tsb. Jika dikaitkan dengan pendapatan per kapita, maka secara faktual justru ongkos haji dari Indonesia jauh lebih mahal dari Brunei,  Singapura dan Malaysia.

Dengan pendapatan per kapita 28.290,59 dolar AS di Brunei ongkos haji itu (8.980) hanya 31,74 persen dari pendapatan per kapita. Sedangkan Singapura dengan pendapatan per kapita 57.714,3 maka ongkos haji (5.323) hanya 9,22 persen dari pendapatan per kapita. Malaysia dengan pendapatan per kapita 9.945, maka ongkos haji  (2.557) sebesar 25,71 persen dari pendapatan per kapita. Sedangkan Indonesia dengan pendapatan per kapita 3.846,86, itu artinya ongkos haji (2.232) adalah sebesar 58,02 persen.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Itu artinya Kemenag RI hanya menggiring opini masyarakat dengan cara 'buta' yaitu hanya berdasarkan besaran ongkos haji tanpa membandingkan dengan faktor-faktor lain, seperti pendapatan per kapita.

Begitu juga harga BBM, tarif listrik atau ongkos transportasi yang besarannya pasti lebih rendah dengan beberapa negara ASEAN, tapi lagi-lagi tidak dibandingkan dengan pendapatan per kapita.

Terlepas dari angka-angka ongkos haji tadi, Apakah dengan biaya yang lebih murah ini pelayanan lebih maksimal daripada negara-negara ASEAN lain yang biaya hajinya lebih mahal?

Soalnya, dengan ongkos haji yang disebut Menag sebagai yang termurah di ASEAN dijanjikan: "Tenda di Arafah akan menggunakan AC. Urinoir di Mina akan ditambah jumlahnya. Bus Shalawat akan melayani jemaah yang tinggal di luar radius 1 km dari Masjidil Haram."

Kalau jawabannya YA, maka penyelenggara haji Indonesia patut dapat pujian karena dengan ongkos yang murah ternyata pelayanan lebih prima. Tapi, kalau jawabannya TIDAK, juga tidak perlu menjadikan ongkos haji yang murah sebagai 'kambing hitam' (alasan). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun