Sejak era Orba selalu saja didengung-dengungkan bahwa ada harga dan tarif di Indonesia yang lebih murah dan rendah daripada di negara-negara ASEAN lain. Sekarang Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan biaya haji Indonesia paling murah di ASEAN (setkab.go.id, 4/2-2019).
Kalau dilihat dari besaran angka, seperti pada tabel, memang benar ongkos naik haji (ONH), sekarang disebut Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), Indonesia lebih murah daripada Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia.
Biaya haji tahun 2018 dari Brunei (dalam dolar AS) 8.980, Singapura 5.323, Malaysia 2.557 dan Indonesia 2.232. Sebenarnya beda 'tipis'dengan Malaysia yaitu 325.
Dengan pendapatan per kapita 28.290,59 dolar AS di Brunei ongkos haji itu (8.980) hanya 31,74 persen dari pendapatan per kapita. Sedangkan Singapura dengan pendapatan per kapita 57.714,3 maka ongkos haji (5.323) hanya 9,22 persen dari pendapatan per kapita. Malaysia dengan pendapatan per kapita 9.945, maka ongkos haji  (2.557) sebesar 25,71 persen dari pendapatan per kapita. Sedangkan Indonesia dengan pendapatan per kapita 3.846,86, itu artinya ongkos haji (2.232) adalah sebesar 58,02 persen.
Begitu juga harga BBM, tarif listrik atau ongkos transportasi yang besarannya pasti lebih rendah dengan beberapa negara ASEAN, tapi lagi-lagi tidak dibandingkan dengan pendapatan per kapita.
Terlepas dari angka-angka ongkos haji tadi, Apakah dengan biaya yang lebih murah ini pelayanan lebih maksimal daripada negara-negara ASEAN lain yang biaya hajinya lebih mahal?
Soalnya, dengan ongkos haji yang disebut Menag sebagai yang termurah di ASEAN dijanjikan: "Tenda di Arafah akan menggunakan AC. Urinoir di Mina akan ditambah jumlahnya. Bus Shalawat akan melayani jemaah yang tinggal di luar radius 1 km dari Masjidil Haram."
Kalau jawabannya YA, maka penyelenggara haji Indonesia patut dapat pujian karena dengan ongkos yang murah ternyata pelayanan lebih prima. Tapi, kalau jawabannya TIDAK, juga tidak perlu menjadikan ongkos haji yang murah sebagai 'kambing hitam' (alasan). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H