*Kalangan ahli temukan 4 penyakit menular seksual baru, 4 dari 8 IMS tidak bisa disembuhkan ....
Disclaimer: Penyebutan 'penyakit kelamin' hanya untuk memudahkan masyarakat memahami penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Istilah terkait 'penyakit kelamin' terus bergulir dari STDs (sexually transmitted diseases -- penyakit menular seksual), selanjutnya sexually transmitted infections (STIs) yang seterusnya dipakai. Diindonesiakan sebagai infeksi menular seksual (IMS). Ttidak semua infeksi IMS terjadi pada alat kelamin ....
Ketika orang-orang yang terinfeksi IMS merasa malu, tapi banyak orang yang tidak merasa risi menyebutkan dirinya mengidap virus hepatitis B. Padahal, virus hepatitis B juga adalah IMS yang penularannya persis sama dengan HIV/AIDS.
Sifilis pada Ibu Hamil
Di Batam seorang dokter geleng-geleng kepala karena seorang perempuan muda marah-marah ketika disebut penyakit yang dideritanya terkait dengan IMS. "Pak Dokter jangan sembarangan menuduh, saya tidak pernah begituan," kata perempuan muda yang memakai pakaian menutup bagian-bagian tubuhnya seperti ditirukan dokter tadi (akhir tahun 1990-an). Yang dimaksud perempuan itu 'begituan'adalah melacur.
Diagnosis menunjukkan perempuan tsb. mengidap sifilis dan adiknya juga persis sama dengan dia juga mengidap sifilis. Perempuan itu kemudian mengaku sebagai 'istri' seorang laki-laki WN Malaysia. "Sifilis keduanya ditularkan orang yang sama," kata dokter tsb.
Ibu hamil yang terdeteksi mengidap sifilis 945 sedangkan yang mendapatkan pengobatan 555. Sifilis bisa menyebabkan bayi lahir cacat dan buta
IMS yang umum dikenal luas, al. gonorrhoea (kencing nanah), sifilis (raja singa), klamidia, trikomoniasis, genital warts, genital herpes, public lice, scabies, jengger ayam, virus kanker serviks, virus hepatitis B, dan HIV/AIDS (catatan: virus hepatitis B dan HIV/AIDS bisa juga menular tidak melalui hubungan seksual, seperti transfusi darah, dll., selain itu infeksinya pun tidak di alat kelamin).
Sedangkan 4 IMS baru seperti dilaporkan "BBC News Indonesia" adalah: (1) Neisseria meningitidis, Â disebut juga meningococcus yang bisa menyebabkan meningitis, infeksi otak dan selaput pelindung syaraf tulang belakang yang dapat mematikan; (2) mycoplasma genitalium, infeksi mycoplasma genitalium, terutama pada remaja dan orang muda, meskipun sering kali tanpa gejala, dapat menyerupai klamidia atau gonore dengan iritasi berlanjut pada urethra dan serviks; (3) Shigella flexneri yaitu penyakit menular seks yang menyebabkan keram perut dan diare berdarah; dan (4) Lymphogranuloma venereum (LGV). LGV kemungkinan pada mulanya menimbulkan jerawat sementara atau luka pada alat kelamin, yang kemudian memasuki sistem limpa tubuh.
Seorang dokter yang bersama LSM menangani pekerja seks komersial (PSK) di sebuah tempat pelacuran di Batam (awal tahun 2000-an) pusing tujuh keliling karena ada PSK yang mengidap IMS lebih dari satu, "Yang mana dulu diobati," katanya seakan bertanya.Â
Bahkan ada PSK yang terdeteksi mengidap lima IMS. Kalau diobati sifilis, PSK itu tetap melayani laki-laki yang bisa saja mengidap sifilis sedangkan pemakaian kondom sangat rendah.
Yang menggelikan sekaligus mengkhawatirkan adalah banyak laki-laki 'hidung belang' yang merasa nyaman seks dengan PSK yang mengidap jengger ayam. IMS ini seperti kutil di permukaan vagina yang seperti penghalang ketika melakukan hubungan seksual.
Ada kesan di sebagian orang bahwa IMS pada perempuan karena ulah mereka. Padahal, perempuan, seperti ibu rumah tangga dan PSK, justru tertular IMS dari laki-laki. Selanjutnya ada pula laki-laki yang tertular IMS dari PSK.Â
Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki yang menularkan IMS ke PSK dan laki-laki yang tertular IMS dari PSK bisa sebagai suami. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak perempuan dan ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap IMS.
[Baca juga: Kanker Serviks Bukan Hanya Ulah Perempuan Semata]
Penularan IMS dari-ibu-ke-bayi dapat menyebabkan lahir mati, kematian bayi baru lahir, berat badan lahir rendah dan prematuritas, sepsis, pneumonia, konjungtivitis neonatal, dan kelainan bawaan lainnya. Lebih dari 900.000 wanita hamil terinfeksi sifilis yang menghasilkan sekitar 350.000 hasil kelahiran yang merugikan termasuk lahir mati pada tahun 2012
Fakta-fakta yang dipublikasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) ini sudah memberikan gambaran riil bahwa IMS jadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat dunia, yaitu:
Setiap hari lebih dari 1 juta kasus infeksi menular seksual (IMS) terjadi di seluruh dunia.
Setiap tahun, diperkirakan ada 357 juta infeksi baru IMS Â yaitu salah satu dari klamidia, gonore, sifilis, dan trikomoniasis.
Lebih dari 500 juta orang warta dunia diperkirakan memiliki infeksi genital dengan virus herpes simplex (HSV).
Lebih dari 290 juta wanita di seluruh dunia mengidap infeksi human papillomavirus (HPV)
Mayoritas IMS tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan yang mungkin dianggap tidak terkait dengan IMS.
IMS seperti HSV tipe 2 dan sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
Lebih dari 900.000 wanita hamil di seluruh dunia terinfeksi sifilis yang mengakibatkan sekitar 350.000 kelahiran yang merugikan termasuk kematian saat dilahirkan pada tahun 2012.
Dalam beberapa kasus, IMS mempunyai konsekuensi terhadap kesehatan reproduksi yang serius di luar dampak langsung infeksi itu sendiri (mis. ketidaksuburan atau penularan dari-ibu-ke-bayi).
Setiap tahun infeksi HPV menyebabkan 528.000 kasus kanker serviks dengan 266.000 kematian akibat kanker serviks.
IMS, seperti gonore dan klamidia, adalah penyebab utama penyakit radang panggul (PID) dan infertilitas pada wanita.
Resistansi terhadap obat, terutama untuk gonore, merupakan ancaman utama untuk mengurangi dampak IMS di seluruh dunia.
Di sekitar tempat-tempat yang terjadi transaksi seks ada saja pedagang obat yang sesumbar bahwa obat yang dia jual bisa mencegah kencing nanah dan sifilis. Padahal, obat antibiotik dosis tinggi yang mereka jual tidak bisa mencegah penularan IMS dan HIV/AIDS. Vaksin yang ada hanya untuk kanker serviks dan virus hepatitis B.
Seks Oral
Lebih dari 30 bakteri, virus, dan parasit yang berbeda diketahui ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Delapan dari patogen ini terkait dengan insiden terbesar infeksi menular seksual, yaitu 4 bisa disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia, dan trikomoniasis), sedangkan 4 lainnya adalah infeksi virus dan tidak dapat disembuhkan [virus hepatitis B, herpes simplex virus/HSV atau herpes, HIV, dan human papillomavirus (HPV)]. Â
Bahkan, dalam ikatan pernikahan sering terjadi pemaksaan seks oral, juga posisi "69". Ini jadi pemicu penyakit di rongga mulut dan tenggorokan jika salah satu atau kedua mengidap IMS.
[Baca juga: Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Minus "Marital Rape" dan Risiko Seks Oral dengan 'Pasangan yang Sehat']
Pada tahun 1999 dilaporkan kasus sifilis menginfeksi 12 juta warga dunia, 90 persen terjadi di negara-negara berkembang karena keterbatasan akses pengobatan. Padahal, sejak tahun 1940-an obat antibiotika, penisilin, jadi obat yang ampuh mengobati sifilis. Namun, sejak gelombang milenium terjadi perubahan perilaku seksual di banyak negara yang akhirnya mendorong infeksi sifilis.
[Baca juga: "Penyakit Kelamin" Merebak di AS, Bagaimana dengan Indonesia?]
Akibat perilaku seksual yang didorong milenial risiko tertular IMS dan HIV/AIDS sangat tinggi melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, pada hubungan seksual berisiko, yaitu: (a) dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti, dan (b) dilakukan dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung.
Ketika epidemi HIV/AIDS jadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat, infeksi IMS, seperti herpes dan sifilis, justru jai pemicu yang meningkatkan risiko penularan HIV lebih dari tiga kali lipat.
Sejak lama kalangan medis sudah merekomendasikan kondom sebagai alat yang bisa mencegah penularan beberapa IMS dan HIV/AIDS, tapi karena ada stigma yang kuat terhadap kondom maka banyak orang yang tidak mau memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual berisiko (Sumber: wikipedia, WHO, dan sumber-sumber lain). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H