Tanya Jawab AIDS No 9/Januari 2019
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS.Â
Tanya-Jawab AIDS ini dimuat di: "AIDS Watch Indonesia" (http://www.aidsindonesia.com) dan kompasiana.com/infokespro. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui: (1) Telepon (021) 8566755, (2) e-mail: aidsindonesia@gmail.com, (3) SMS 08129092017, dan (4) WhatsApp: Â 0811974977. Redaksi.
*****
Tanya: Â Begini saya dengar ada yang ngomongin saya kena AIDS. Saya gak mau diomongin gitu. Lalu saya pergi periksa. Hasilya non-reaktif. (1). Apakah saya harus periksa ulang? Saya mau pastiin gitu, Pak. Saya gak mau dipermalukan gitu, Pak. Dengan tes ulang justru saya mau buktiin kalau saya kena HIV apa gak, gitu, Pak. (2). Maaf ya, Pak, kalau orang kena HIV, apakah bisa sembuh? Kalau udah non realtif itu berarti saya gak ada penyakit HIV, ya kan, Pak. Saya malu, Pak, diomongin orang. Saya juga yakin saya gak mungkin ada penyakit gituan (HIV/AIDS-peng.). (3). Kalau badan kurus emangnya ada penyakit HIV, ya, Pak?
Pemuda "Zzz" di Jakarta via WA (23/1-2019)
Jawab: Memang, tidak enak diomongin apalagi dikait-kaitkan dengan HIV/AIDS yang sampai sekarang masih saja jadi sasaran stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda).
Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: Apakah Saudara pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK)?
Kalau jawabannya "TIDAK" maka Saudara aman karena tidak ada risiko tertular HIV/AIDS. Tapi, kalau jawabannya "YA" itu artinya Saudara berisiko tertular HIV/AIDS.
(1). Soal hasil tes HIV ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (a). Apakah tes HIV dilakukan di tempat yang ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Kemenkes RI?, dan (b). Apakah ketika tes HIV hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, terakhir Saudara lakukan tiga bulan sebelum tes HIV?
Perlu diperhatikan tempat tes HIV agar sesuai dengan anjuran WHO (Badan Kesehatan Dunia PBB). Tempat tes HIV yang dirujuk adalah Klinik VCT di Puskesmas dan rumah sakit daerah. Kalau tes HIV dilakukan di bawah tiga bulan dari hubungan seksual terakhir, maka hasilnya tidak akurat. Tes HIV bukan mencari virus (HIV) di dalam darah, tapi mendeteksi antiboby HIV yang baru ada setelah tiga bulan tertular HIV.
(2). HIV sebagai virus belum bisa dimatikan di dalam tubuh. Sedangkan AIDS bukan penyakit tapi kondisi seseorang yang tertular HIV pada rentang waktu antara 5-15 tahun. Sekarang ada obat yaitu obat antiretroviral (ARV) yang hanya bisa menekan laju perkembangbiakan HIV di darah. Obat ARV diminum seumur hidup tapi perlu diingat obat ARV diminum berdasarkan diagnosis dokter setelah hasil tes HIV positif yaitu hasil tes CD4 di bawah 350.
(3). Tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV). Inilah yang membuat epidemi HIV jadi persoalan besar di dunia karena orang-orang yang sudah tertular HIV tidak menyadarinya dan mereka tetap melakukan perilaku berisiko menularkan HIV, al. hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Jika Saudara tetap memutuskan untuk tes HIV ulang, perhatikan ketentuan tes HIV yaitu minimal tiga bulan setelah seks berisiko terakhir dan ditempat tes HIV yang direkomendasi oleh Kemenkes RI, seperti di Klinik VCT di Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah.
Lagi pula kalau Saudara tidak pernah melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan (PSK), Saudara tidak perlu risau.Â
Kalau orang 'omongin' Saudara terkena AIDS karena badan kurus, silakan ke dokter untuk mendapatkan jalan keluar agar badan Saudara tidak sekurus yang bisa dikait-kaitkan orang dengan HIV/AIDS. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H