(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(b). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.
Keempat, tes HIV dengan reagen ELISA hanya akurat hasilnya jika dilakukan minimal tiga bulan setelah perilaku seksual terakhir.
Kelima, tes HIV harus sesuai dengan standar prosedur operasi yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) yaitu setiap hasil tes harus dikonfirmasi dengan tes lain.
Nah, apakah lima ketentuan di atas dilakukan pada tes yang Saudara jalani? Kalau tidak, maka tes yang dilakukan teman Saudara tidak akurat.
Orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV yang sesuai standar tidak otomatis meminum obat antiretroviral (ARV). Pengidap HIV/AIDS yang dianjurkan minum obat ARV jika CD4 (diketahui melalui tes darah) di bawah 350.
Kecuali ibu hamil jika terdeteksi HIV langsung diberi obat ARV untuk mencegah penularan HIV secara vertikal kepada bayi yang dikandungnya. Dengan langkah ini risiko penularan HIV ke bayi bisa ditekan sampai di bawah 20 persen.
Indonesia, dalam hal ini Kemenkes RI, belum merekomendasi alat tes HIV yang bisa dibeli di pasar bebas dan melalui pembelian online.
Kalau Saudara pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko nomor 1 dan 2, maka sebaiknya Saudara menjalani tes HIV di Klinik VCT di Puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) di daerah Saudara. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H