Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Garut, Berita Hanya Berkutat soal Angka Kasus

5 Januari 2019   08:32 Diperbarui: 5 Januari 2019   09:12 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumber: axios.com

Diberitakan bahwa di wilayah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS mencapai 645 yang terdiri atas 253 HIV dan 392 AIDS dengan 181 kematian. Ini adalah dalam berita "645 Warga Garut Terinfeksi HIV, Negara Merugi Rp 1,152 M" (inilahkoran.com, 5/1-2019).

Isi berita tersebut hanya berkisar soal angka-angka kasus dan harga obat antiretroviral (ARV). Jumlah kasus HIV/AIDS di Garut diuraikan sampai tingkat kecamatan, faktor risiko, jenis kelamin dan usia.

Jika dikaitkan dengan upaya sosialisasi cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS pemberitaan semacam ini tidak ada gunanya. Masyarakat, dalam hal ini pembaca, juga pusing tujuh keliling membaca angka-angka tsb.

Dalam berita disebutkan faktor-faktor risiko, seperti pasangan risiko tinggi, seks lelaki suka lelaki, dll. Tapi, fakta ini tidak dibawa ke realitas sosial yaitu seperti apa bentuk risiko tinggi dan seks lelaki suka lelaki di masyarakat.

Dalam epidemi HIV/AIDS risiko tinggi terkait dengan penularan HIV melalui hubungan seksual terjadi, al. karena perilaku seksual berisiko tinggi terular HIV, yaitu:

(1). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam nikah (kawin-cerai dan beristri lebih dari satu) dan di luar nikah (perselingkuhan, dll.),  dengan perempuan yang berganti-ganti karena ada kemungkinan salah satu dari laki-laki tsb mengidap HIV/AIDS,

(2). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam nikah (kawin-cerai dan jadi istri kedua dst.) dan di luar nikah (perselingkuhan, dll.), dengan laki-laki yang berganti-ganti karena ada kemungkinan salah satu dari laki-laki tsb mengidap HIV/AIDS,

(3). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK). Ada kemungkinan PSK tsb. mengidap HIV/AIDS karena PSK adalah orang dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular dan menularkan HIV/AIDS.

PSK sendiri dikenal ada dua jenis, yaitu:

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan

(b). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.

Apakah Pemkab Garut bisa mengawasi semua warga terkait dengan perilaku seksual nomor 1, 2 dan 3?

Tentu saja tidak bisa.

Selain itu Pemkab Garut boleh-boleh saja mengatakan: Di wilayah kami tidak ada pelacuran!

Secara de jure itu benar karena sejak reformasi ada gerakan masif yang menutup tempat-tempat pelacuran yang semula dijadikan sebagai tempat rehabilitasi dan resosialisasi PSK.

Tapi, secara de facto apakah Pemkab Garut bisa menjamin di wilayah Kab Garut 100 persen tidak ada transaksi seks yang mengarah ke praktek pelacuran?

Tentu saja tidak bisa karena praktek pelacuran, terutama yang melibatkan PSK tidak langsung terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu dengan berbagai modus bahkan memanfaatkan media sosial.

Itu artinya berita ini sama sekali tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadi insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, yang selanjutnya menyebar di masyarakat.

Di bagian lain ada pula pernyataan  tentang penyebaran HIV/AIDS di setiap kecamatan, tapi lagi-lagi tidak ada penjelasan bagaimana dan mengapa hal itu terjadi.

Tanpa informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS, maka insiden infeksi HIV/AIDS akan terus terjadi yang selanjutnya warga, terutama laki-laki dewasa, yang tertular HIV jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat.

Penyebaran terjadi secara diam-diam karena orang-orang yang tertular HIV/AIDS yang tidak terdeteksi tidak menyadari dirinya mengidap HIV/AIDS karena tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.

Akibatnya, mereka menularkan HIV/AIDS, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, tanpa mereka sadari. Penyebaran ini bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun