Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS sebagai Instrumen "Proxy War" Tegantung Perilaku Seksual Individu

29 Desember 2018   07:15 Diperbarui: 29 Desember 2018   07:29 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: GETTY IMAGES)

[Baca juga: Hari AIDS Sedunia, Hanya Masyarakat yang Bisa Cegah Penyebaran HIV/AIDS]

Sayang, Dr  Rinikso dalam diskusi "Indonesia di Tengah Ancaman Proxy War (Analisa Multi Perspektif)" di Kampus III UMM Malang, sama sekali tidak mengaitkan perilaku seksual sebagian warga terkait dengan risiko penularan HIV. Hal ini sangat lumrah karena sejak awal epidemi HIV/AIDS di Indonesia banyak kalangan, termasuk menteri kesehatan, selalu menampik HIV/AIDS 'masuk' ke Indonesia. 

Lihat saja pernyataan Menkes Suwardjono Suryaningrat ini: Yang Taat Beragama, Jauh Dari AIDS. Indonesia bukanlah tempatnya penyakit AIDS asal seluruh masyarakatnya tetap berpegang tegus pada ajaran agama yang dipeluknya ataupun norma-norma susila dalam kehidupan sehari-hari (Merdeka, 25/9-1985).

Persoalannya adalah risiko tertular HIV melalui hubungan seksual juga bisa terjadi dalam ikatan pernikahan yang saha menurut agama dan negara. Maka, banyak orang yang termakan mitos sehingga tertular HIV/AIDS.

[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]

Maka, kunci untuk menutup kemungkinan HIV/AIDS dijadikan sebagai instrumen proxy war ada pada orang per orang, terutama laki-laki dewasa, yaitu tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.

[Baca juga: Cegah HIV/AIDS Bukan Jauhi Virus, tapi Jangan Lakukan Perilaku Berisiko]

Nah, sekarang semua terpulang kepada orang per orang, apakah akan tetap melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS atau tidak. Jika tetap melakukan perilaku berisiko tertular HIVAIDS itu artinya insiden infeksi HIV baru akan terjadi terjadi. 

Pada gilirannya orang-orang yang tertular jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat sebagai 'silent disaster' (bencana terselubung) yang kelak ditandai dengan 'ledakan AIDS'. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun