Sebagai Wilayah Perbatasan, Anisa Tengarai Jadi Penyebab Besarnya Angka Pengidap HIV AIDS di Kalbar. Ini judul berita di pontianak.tribunnews.com (13/12/2018).
Pernyataan di atas disebutkan oleh Annisa Maharani Nasran, Duta HIV/AIDS Kalimantan Barat 2018. Sangat disayangkan sebagai duta yang akan menyampaikan informasi HIV/AIDS yang akurat ternyata hanya memberikan informasi sebatas mitos (anggapan yang salah).
Penularan HIV al. bisa terjadi jika sering melakukan perilaku seksual yang berisiko yaitu hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Dengan pernyataan Annisa itu berarti warga perbatasan Kalbar sering melakukan perilaku berisiko.
Tentu saja hal itu akan membuat murka warga perbatasan. Lagi pula, apakah kasus HIV/AIDS di Kalbar lebih banyak terdeteksi pada warga (di) perbatasan atau di perkotaan?
Pernyataan Annisa inilah yang harus dibuang jauh-jauh karena perilaku seksual berisiko tidak terkait dengan tempat tinggal, dalam hal ini perbatasan dengan negara lain yaitu Malaysia.
Di bagian lain ada pula pernyataan: Meskipun kita patut bersyukur, tahun ini Kalbar turun peringkat jadi kota nomor 11 dengan jumlah ODHA terbesar di Indonesia.
Yang turun bukan kasus infeksi HIV baru karena hal ini tidak bisa dipantau. Yang terjadi adalah penemuan kasus baru berkurang. Ini tidak selamanya baik karena bisa saja karena kegiatan penjangkuan yang kendor sehingga tidak banyak kasus baru terdeteksi.
Apakan ada bukti empiris bahwa perilaku seksual berisiko, al. hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) berkurang di Kalbar?
Dikatakan pula oleh Annisa: "Karena kita wilayah perbatasan, orang keluar masuk lewat sinikan, jadi siapa yang datang kita nggak tahu. Orang bawa virus ini lalu main-main ke sini kita nggak tahu."
Biar pun banyak pengidap HIV/AIDS yang datang ke Kalbar, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, tidak akan pernah terjadi penularan HIV terhadap warga Kalbar kalau warga Kalbar tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pendatang yang mengidap HIV/AIDS. Ini fakta.
Sebaliknya, Malaysia, dalam hal ini Sabah dan Serawak serta Brunei juga akan mengatakan hal yang sama yaitu pendatang ke negaranya dari Kalbar bisa saja ada yang mengidap HIV/AIDS.
Maka, 'zaman now' tidak perlu lagi membumbui informasi HIV/AIDS dengan mitos. Sampaikanlah fakta.
Dikatakan oleh Annisa: .... Nisa optimis kita bisa mencegahnya. Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan Annisa tentang cara yang konkret mencegah HIV/AIDS.
Pernyataan yang ada adalah: Khusus bagi anak muda, satu diantara cara untuk mencegah agar tidak terkena virus adalah dengan mengisi waktu dengan hal-hal positif dan bermanfaat.
Ini tidak jelas karena tidak semua hal negatif berpotensi menularkan HIV/AIDS. Hubungan seksual, misalnya, bisa jadi media penularan HIV/AIDS jika dilakukan dengan yang mengidap HIV/AIDS di dalam nikah.
Maka, pernyataan Annisa: " .... ia yakin kita bisa terjauh dari perilaku beresiko yang menyimpang, yang membuat kita berpotensi tertular virus HIV/AIDS" juga tidak akurat karena tidak semua perilaku berisiko yang berpotensi jadi penularan HIV/AIDS merupakan hal yang menyimpang, seperti transfusi darah dan cangkok organ tubuh dari pengidap HIV/AIDS.
Karena menyandang gelar "Duta HIV/AIDS" akan lebih arif kalau Annisa memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis bukan sebagai mitos. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H