Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami (Epidemi) HIV/AIDS dengan Mitos

9 Desember 2018   18:57 Diperbarui: 9 Desember 2018   19:13 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: globalgiving.org)

Biar pun perjalanan epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah memasuki tahun ke-32 dan secara internasional tahun ke-38, ternyata tetap saja banyak orang yang tidak memahami cara-cara penularan HIV yang akurat. Ini terjadi al. karena di awal epidemi informasi tentang HIV/AIDS dibumbui dengan moral sehingga yang ditangkap masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

Pada berbagai pelatihan saya selalu menampilkan dua gambar di bawah ini dan meminta peserta untuk memberikan pendapata: Ke mana arah panah ditarik?

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Yang tidak masuk akal banyak peserta yang mengatakan "panah ke atas" pada gambar 1 dan gambar 2.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Mereka ini jelas korban mitos tentang cara penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual. Di awal epidemi pejabat tinggi, bahkan menteri kesehatan, selalu mengaitkan penularan HIV/AIDS dengan perilaku menyimpang, pelacuran, dll.

Pertama, karena hubungan seksual di luar nikah yang melawan norma, moral, agama dan hukum. Kedua, karena terkait dengan homoseksualitas.

[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]

Ini contohnya: Menkes Bicara Soal AIDS di Bali. Menteri Kesehatan, dr. Suwardjono Suryaningrat, mengatakan, suatu penyimpangan hubungan seks dapat mengancam kehidupan masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Hal itu disebabkan penyimpangan hubungan seks akan dapat menimbulkan berbagai penyakit khususnya AIDS, yang hingga kini belum ditemukan obatnya. (Suara Pembaruan, 21/10-1987)

Yang ini juga: Kepala Kanwil Depkes Bali dr GN Subandi MSc mengharapkan agar masyarakat Bali tidak resah. Ia mengakui, penyakit itu sangat berbahaya dan berakibat fatal (mati). Namun AIDS hanya beredar pada lingkungan tertentu, yakni pada pergaulan-pergaulan yang tidak normal. Kalau kita hidup normal, dan terlepas dari lingkungan yang aneh-aneh, maka tidak ada kemungkinan kita akan terkena AIDS. (Suara Pembaruan, 11/4-1987)

Ketika Bali menempati peringkat ke-5 dalam jumah kasus AIDS (7.481), apa gerangan komentar dr GN Subandi MSc? Kalau ditarik analogi maka kasus AIDS banyak di Bali karena 'pergaulan-pergaulan yang tidak normal'.

Ini juga mendorong mitos: WTS, Homoseks & Waria Sumber Penyakit AIDS. Kelompok yang berperilaku resiko tinggi seperti WTS (Wanita Tuna Susila), Homoseksual dan Waria (Wanita Pria) masih tetap merupakan sumber utama penularan penyakit AIDS yang sampai sekarang ini menakutkan umat manusia, karena belum berhasil ditemukan obatnya. (Sinar Pagi, 14/3-1989)

Ketika secara medis disebutkan pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan kondom, masyarakat tidak percaya karena sejak awal kondom sudah ditarik ke ranah moral. Lihat saja ini: Menkes Tolak Kampanye Kondom untuk Cegah AIDS. Menteri Kesehatan, Prof Dr Sujudi menegaskan, Departemen Kesehatan tidak akan mengkampanyekan kondom untuk penanggulangan AIDS di Indonesia. Kondom akan tetap digunakan sebagai alat kontrasepsi pria dalam program KB. "Kalau Depkes mengkampanyekan kondom untuk penanggulangan AIDS, berarti pemerintah melegalisir perbuatan prostitusi. Itu tidak benar." (Suara Karya, 3/12-1993)

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu ada dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom ketika terjadi hubungan seksual. Ini fakta (medis).

Maka, pada Gambar 1 dan Gambar 2 panah ditarik ke bawah karena tidak ada risiko. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom tiap kali melakukan hubungan seksual.

Pemahaman yang sangat rendah pada banyak orang tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang akurat terjadi karena sosialiasi yang tidak konsisten dan informasi HIV/AIDS yang dibumbui dengan moral sejak awal epidemi.

Kondisinya kian pelik karena sejak reformasi muncul otonomi daerah (Otda) yang memutus garis komando dari Pusat (dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI) ke pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota.

Insiden infeksi HIV baru terus terjadi, terutama pada laki-laki dewasa al. melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang bergangi-ganti (di dalam dan di luar nikah) dan dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan yaitu pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung.

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan

(b). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.

Estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia 630.000, sedangkan yang terdeteksi baru separuh. Kasus yang tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Maka, kita tinggal menunggu 'ledakan AIDS' seperti yang dialami oleh Thailand dengan jumlah kasus hampir menyentuh angka 1.000.000. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun