Biar pun perjalanan epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah memasuki tahun ke-32 dan secara internasional tahun ke-38, ternyata tetap saja banyak orang yang tidak memahami cara-cara penularan HIV yang akurat. Ini terjadi al. karena di awal epidemi informasi tentang HIV/AIDS dibumbui dengan moral sehingga yang ditangkap masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Pada berbagai pelatihan saya selalu menampilkan dua gambar di bawah ini dan meminta peserta untuk memberikan pendapata: Ke mana arah panah ditarik?
Pertama, karena hubungan seksual di luar nikah yang melawan norma, moral, agama dan hukum. Kedua, karena terkait dengan homoseksualitas.
[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]
Ini contohnya: Menkes Bicara Soal AIDS di Bali. Menteri Kesehatan, dr. Suwardjono Suryaningrat, mengatakan, suatu penyimpangan hubungan seks dapat mengancam kehidupan masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Hal itu disebabkan penyimpangan hubungan seks akan dapat menimbulkan berbagai penyakit khususnya AIDS, yang hingga kini belum ditemukan obatnya. (Suara Pembaruan, 21/10-1987)
Yang ini juga: Kepala Kanwil Depkes Bali dr GN Subandi MSc mengharapkan agar masyarakat Bali tidak resah. Ia mengakui, penyakit itu sangat berbahaya dan berakibat fatal (mati). Namun AIDS hanya beredar pada lingkungan tertentu, yakni pada pergaulan-pergaulan yang tidak normal. Kalau kita hidup normal, dan terlepas dari lingkungan yang aneh-aneh, maka tidak ada kemungkinan kita akan terkena AIDS. (Suara Pembaruan, 11/4-1987)
Ketika Bali menempati peringkat ke-5 dalam jumah kasus AIDS (7.481), apa gerangan komentar dr GN Subandi MSc? Kalau ditarik analogi maka kasus AIDS banyak di Bali karena 'pergaulan-pergaulan yang tidak normal'.
Ini juga mendorong mitos: WTS, Homoseks & Waria Sumber Penyakit AIDS. Kelompok yang berperilaku resiko tinggi seperti WTS (Wanita Tuna Susila), Homoseksual dan Waria (Wanita Pria) masih tetap merupakan sumber utama penularan penyakit AIDS yang sampai sekarang ini menakutkan umat manusia, karena belum berhasil ditemukan obatnya. (Sinar Pagi, 14/3-1989)
Ketika secara medis disebutkan pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan kondom, masyarakat tidak percaya karena sejak awal kondom sudah ditarik ke ranah moral. Lihat saja ini: Menkes Tolak Kampanye Kondom untuk Cegah AIDS. Menteri Kesehatan, Prof Dr Sujudi menegaskan, Departemen Kesehatan tidak akan mengkampanyekan kondom untuk penanggulangan AIDS di Indonesia. Kondom akan tetap digunakan sebagai alat kontrasepsi pria dalam program KB. "Kalau Depkes mengkampanyekan kondom untuk penanggulangan AIDS, berarti pemerintah melegalisir perbuatan prostitusi. Itu tidak benar." (Suara Karya, 3/12-1993)