Peringati Hari AIDS Sedunia 2018 - Kenali 16 Gejala Kemungkinan Terkena Penyakit HIV/AIDS. Ini judul berita di banjarmasin.tribunnews.com (30/11-2018).
Berita ini mengerikan dan menakutkan karena hanya memaparkan gejala-gejala sebagai kemungkinan seseorang tertular HIV/AIDS. Padahal, gejala-gejala yang disebutkan tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV/AIDS karena gejala-gejala tsb. juga terkait dengan berbagai macam penyakit.
Sejak awal epidemi disebutkan bahwa tidak ada gejala-gejala, ciri-ciri atau tanda-tanda yang khas terkait langsung dengan HIV/AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.
Kondisi itulah yang membuat HIV/AIDS kian rumit karena bisa terjadi pada rentang waktu dari tertular sampai 15 tahun tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV.
UNAIDS, badan PBB yang menangani HIV/AIDS, melaporkan 9,4 juta warga dunia tidak menyadari diri mereka sudah tertular HIV/AIDS. Sedangkan di Indonesia banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi ketika berobat karena penyakit-penyakit yang terkait dengan AIDS serta pada ibu hamil.
Survei Kemenkes RI pada akhir  tahun 2012 ada 6,7 juta laki-laki dewasa yang jadi pelanggan pekerja seks komersial di bebarapa kota di Nusantara, al. kota dekat pelabuhan. Celakanya, dari 6,7 juta itu 4,9 juta di antaranya mempunyai istri (antarabali.com , 9/4-2013). Maka, amatlah beralasan kalau kemudian kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada ibu rumah tangga.
Celakanya, biar pun tidak ada gejala-gejala khas AIDS pada pengidap HIV/AIDS, Â tapi mereka bisa menularkan HIV ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Selain melalui hubungan seksual pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi jika mereka jadi donor darah, maka kalau tertular di bawah tiga bulan hasil skirining HIV di PMI bisa menghasilkan negatif palsu (HIV ada di darah tapi hasil skirining nonreaktif ) atau positif palsu (HIV tidak ada di darah tapi hasil skirining reaktif).
Gejala-gejala yang bisa dikaitkan dengan HIV/AIDS terjadi pada fisi dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV pada pada AIDS yang secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV.
Yang perlu diingat adalah bahwa gejala-gejala yang disebut dalam berita baru bisa dikaitkan dengan HIV/AIDS kalau seseorang dengan gejala tsb. pernah atau sering melakukan perilaku berisiko, al. hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).
Yang disebut PSK tidak hanya yang kasat mata, disebut PSK langung, karena da juga PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll. Selain itu juga bagi yang pernah memakai jarum suntik secara bergantian pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik.
Maka, biar pun tidak ada satu atau lebih gejala yang disebut terkait dengan AIDS tapi kalau pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tetap ada risiko tertular HIV/AIDS.
Agar tidak jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS dan segera ditangani dokter sejak dini, maka bagi orang-orang yang pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tertular HIV biar pun sama sekali tidak ada gejala dianjurkan untuk tes HIV. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H