Tahir, misalnya, meladeni penulis ketika meliput Tahir melatih Icuk Sugiarto menghadapi kejuaraan Thomas Cup 1984 di (waktu itu) Stadion Utama Senayan, sekarang GBK. Ketika itu dia menghargai kehadiran wartawan Indonesia di pertandingan bulu tangkis internasional.Â
"Saudara ikutlah nanti (meliput kejuaraan Thomas Cup di Kuala Lumpur-pen.)," kata Tahir mengajak penulis. Rupanya, Tahir menjadikan berita sebagai salah satu alat memantau kelemahan pelatihan.
Bang Ali, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, sebagai organisasi dengan anggota klub profesional sering melontarkan pernyataan yang sama sekali tidak mendukung persepakbolaan nasional.
Ada Ketua Umum PSSI Bardosono yang menyebut 'Sepakbola Pancasila'. Ada pula pengurus yang 'dibela' pengawalnya dengan menendang dada wartawan dalam menanggapi kritik. Ada pula pengurus yang menyebut 'sepakbola ngotot', dan sekarang menyalahkan wartawan.
Selama cara-cara yang ditempuh PSSI hanya mencari 'kambing hitam', maka selama itu pula persebapakbolan nasional menjadi penghuni titik nadir. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H