Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Pekanbaru Menyebar Karena Pergaulan Bebas?

21 November 2018   09:08 Diperbarui: 21 November 2018   09:21 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu penyebab terjadi kasus HIV Aids, karena masih maraknya pergaulan bebas. Ini ada dalam berita "HIV AIDS terus Menyebar di Pekanbaru, Wakil Rakyat Ini Sedih, Minta Orangtua Lakukan Ini"di pekanbaru.tribunnews.com (8/11-2018).

Penyebutan 'pergaulan bebas' merupakan orasi moral yang tidak jelas artinya. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pergaulan bebas?

Tidak jelas!

Kalau 'pergaulan bebas' diartikan zina, maka lagi-lagi pernyataan itu adalah mitos (anggapan yang salah). Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).

Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 1 Oktober 2018, menyebutkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Riau dati tahun 1987 - 3o Juni 2018 mencapai 6.965 yang terdiri atas 4.696 HIV dan 2.269 AIDS. Jumlah ini menempatkan Riau pada peringkat ke-13 secara nasional.

Dalam berita berkali-kali disebut 'penyakit mematikan'. Ini tidak akurat karena belum ada kasus kematian pengidap HIV/AIDS karena HIV atau AIDS. Kematian pengidap HIV/AIDS terjadi pada masa AIDS, secara statistik antara 5 -- 15 tahun setelah tertular HIV, karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TB, dll.

Tidak jelas mengapa orangtua yang disasar terkait dengan penyebaran HIV/AIDS di Riau karena kasus HIV/AIDS paling banyak terdeteksi pada usia 25-49 tahun. Mereka ini sudah dewasa dan tidak lagi di bawah pengawasan orangtua.

Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada usia remaja dan dewasa adalah hal yang realistis karena pada usia itu dorongan seks kuat dan mereka punya uang membeli seks.

Persoalannya adalah informasi tentang cara-cara pencegahan dan penularan HIV/AIDS selalu dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos. Buktinya, tetap menyebut  'pergaulan bebas' sebagai penyebab penularan HIV/AIDS.  

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual terjadi karena hubungan seksual dilakukan dengan pengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Ini disebut perilaku seksual berisiko. Nah, kalau sepasang remaja dan dewasa muda tidak mengidap HIV/AIDS biar pun mereka zina melalui 'pergaulan bebas' tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Yang bikin runyam adalah orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik pengidap HIV/AIDS. Maka, ketika hubungan seksual dilakukan tanpa memakai kondom ada risiko tertular HIV/AIDS.

Yang jadi persoalan besar adalah laki-laki dewasa yang beristri dengan perilaku seks berisiko yang mereka lakukan dengan pekerja seks komersial (PSK). Terkait dengan hal ini, Wakil Rakyat di Pekanbaru akan mengatakan: Di Pekanbaru tidak ada pelacuran!

Itu betul kalau dikaitkan dengan lokasi atau lokalisasi pelacuran. Tapi, apakah Wakil Rakyat bisa menjamin di Pekanbaru dan Riau tidak ada transaksi seks dalam bentuk pelacuran?

Tentu saja tidak bisa karena transaksi seks melibatkan PSK tidak langsung dengan berbagai modus bahkan memakai ponsel dan media sosial.

PSK sendiri dikenal dua jenis, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, dll.

Karena sejak reformasi lokasi dan lokalisasi pelacuran ditutup semua, maka yang terjadi adalah praktek pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung. Ini jadi masalah besar karena tidak bisa dilakukan intervensi. Soalnya, transaksi seks terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Dalam berita ada pernyataan: Wakil rakyat di DPRD Pekanbaru mengaku sedih, dan meminta orangtua mengawasi pergaulan anaknya untuk mencegah generasi muda terjangkit penyakit mematikan itu.

Bahkan, Wakil Ketua DPRD Pekanbaru Jhon Romi Sinaga SE, mengatakan: "Tentu kita sedih, generasi muda kita, calon pemimpin bangsa ini terjangkit kasus ini. Kita harapkan ini harus segera dicegah."

[Baca juga: Menyibak Peran Perda AIDS Riau dalam Penanggulangan AIDS Riau]

Lalu, bagaimana dengan bayi-bayi yang lahir dengan HIV/AIDS?

Bayi-bayi itu tertular HIV dari ibu yang mengandung mereka terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Ibu-ibu yang melahirkan bayi dengan HIV/AIDS tertular HIV/AIDS dari suami. Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga jadi indkator perilaku seksual berisiko para suami.

Apa yang dilakukan di Pekanbaru untuk menanggulangi HIV/AIDS? Dalam berita disebutkan: Langkah pencegahan yang dilakukan oleh Pemko Pekanbaru dalam hal ini Diskes Kota Pekanbaru yakni memberikan pelayanan kesehatan, mengedukasi dan memberikan obat.

Langkah yang disebut di atas ada di hilir yaitu setelah warga tertular HIV/AIDS. Yang diperlukan adalah langkah penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru terutama pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan PSK.

 Tanpa langka di hulu, maka penyebaran HIV/AIDS di Pekanbaru dan Riau akan terus terjadi yang merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun