Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ikan (Akan) Jadi Pemicu Perang di Masa Depan

8 November 2018   13:03 Diperbarui: 8 November 2018   13:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Menangkap ikan tuna (Sumber: pbn.co.id)

Johan Bergenas, analis kebijakan publik di Washington DC, AS, membandingkan konflik pada sektor minyak dengan pasokan ikan. Sebanyak 25-50 persen konflik di dunia, menurut Bergenas, terkait dengan akses ke cadangan minyak. Bergenas kemudian mengidentifikasi kesamaan antara sumber daya minyak dan stok ikan. "Pasokannya (migas-pen.) terkonsentrasi. Timur Tengah memiliki hampir separuh pasokan minyak mentah dunia," kata Bergenas, seperti dikutip "ABC News".

Sebelum konflik terkait sumber minyak, "Kita telah berperang memperebutkan lahan pertanian, rempah-rempah, gula dan berbagai sumber daya alam lainnya. Jadi ikan, mengapa tidak?" kata Bergenas. Stok ikan dunia ada kawasan Pasifik tengah yang menguasai 60 persen cadangan tuna. Ini komoditas yang kini sangat diincar banyak negara. Dikatakan oleh Bergenas saat ini lebih dari 1 miliar warga dunia mengandalkan ikan sebagai sumber protein utama.

Perang Kerang

Sedangkan Australian National Centre for Ocean Resources and Security menyebutkan bahwa konsumsi ikan di negara-negara berkembang diperkirakan akan meningkat 21 persen pada tahun 2022.

Sengketa terkait sumber daya ikan laut secara global sudah mulai terjadi. Di Selat Inggris antara sengketa antara nelayan Prancis dan Inggris pada musim panas. "Mereka (nelayan Inggris dan Prancis-pen,) saling menjegal untuk menangkap kerang di Selat Inggris," ujar Bergenas. Sengketa yang dsebut sebagai "perang kerang" ini baru pada September 2018 dicapai kesepakatan antara kedua pihak.

Sebagai negara dengan perairan laut yang luas Indonesia ada di jalur cadangan ikan laut, seperti di perairan Laut Cina Selatan. Perairan Indonesia di Laut Cina Selatan dan laut lain jadi sasaran pencuri ikan.

Laporan FAO menyebutkan pada tahun 2014 Indonesia berada di peringkat kedua penghasil ikan laut terbesar di dunia. Jumlah tangkapan ikan laut Indonesia saat itu tercatat mencapai 6 juta ton atau setara dengan 6,8 persen total produksi dunia untuk ikan laut (katadata.co.id, 16/6-2016).

Maka, tidaklah mengherankan kalau Menteri Susi sudah meledakkan dan menenggelamkan   363 kapal pencuri ikan dari tahun 2014-2017 yang tertangkap di perairan laut Ibu Pertiwi. Kapal yang ditenggelamkkan adalah nelayan Vietnam (188), Filipina (77), Malaysia (52), Thailand (22), Indonesia (19), Papua Nugini (2), China (1), Laos (1) dan beberapa negara lain 1 kapal. (detiknews, 11/1-2018).

Beberapa negara melancarkan protes karena kapal nelayan mereka ditenggelamkan oleh Menteri Susi. Bagi Bergenas hal ini membuktikan arah konflik cadangan ikan. Cina, misalnya, mengerahkan kapal perang dan Angkatan Laut mengawal kapal nelayan yang menerjang kawasan perairan laut yang dalam sengketa dengan negara lain. Beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin juga mengerahkan tentara melindungi kekayaan laut mereka.

Kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan beberapa kali berhadapan dengan kapal perang Cina yang mengawal kapal nelayan mereka mencuri ikan di perairan laut Indonesia. Itulah sebabnya ada wacana mempersenjatai patroli KKP.

[Baca juga: Kapal Pengawas Perikanan RI, Lengkapilah dengan Meriam dan Helikopter]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun