Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Samosir, Anak-anak Home Schooling, Orang Dewasa?

23 Oktober 2018   08:52 Diperbarui: 23 Oktober 2018   09:28 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, penularan HIV/AIDS melalui darah terjadi melalui transfusi darah yang tidak diskirining HIV, jarum suntik dan alat-alat kesehatan yang bisa menyimpan darah. Bisa juga melalui permukaan kulit yang mempunyai luka-luka jika terpapar darah yang mengidap HIV/AIDS.

Tidak mungkin ada transfusi darah di sekolah dan tidak ada pula kegiatan suntik-menyuntik dengan memakai jarum yang dipakai berulang.

Kelima, melalui ASI dalam proses menyusui.

Tentu saja tidak ada proses menyusui antara tiga anak pengidap HIV/AIDS dengan murid-murid lain.

Itu adalah fakta (medis) yang membuktikan bahwa tiga anak-anak pengidap HIV/AIDS itu tidak bisa menyebarkan HIV/AIDS di ruang kelas, di lingkungan sekolah maupun ketika bermain di wilayah kampung.

Data kasus HIV/AIDS di Kab. Samosir di kpa-provsu.org/dat_kasus.php menunjukkan dari tahun 1994 --April 2009 ada 1 kasus HIV dan 5 AIDS. Yang perlu diingat adalah jumlah yang dilaporkan (6) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es yaitu jumlah kasus yang terdeteksi (6) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut. Lagi pula data itu sampai dengan April 2009 atau 9 tahun yang lalu.

Justru warga, terutama laki-laki dewasa, yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah.

Indikasi yang kasat mata bisa diketahui kalau Pemkab Samosir melakukan tes HIV kepada ibu-ibu hamil. Apakah Pemkab Samosir menjalankan program tes HIV kepada ibu-ibu hamil?

Bupati Rapidin memberikan solusi yaitu tiga anak pengidap HIV/AIDS tidak bersekolah di SDN, tapi menjalani home schooling. Ini bukan solusi tapi bumerang bagi Pemkab Samosir.

Jika kelak ada laki-laki dan perempuan dewasa warga Samosir yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, apakah mereka dilarang bekerja di luar rumah, seperti pegawai, karyawan, awak kapal, petani, peternak, dll.?

Bupati Rapidin boleh-boleh saja membusungkan dada karena tidak lokasi pelacuran terbuka di Samosir dan tidak ada pula ada kasus HIV/AIDS yang dilaporkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun