Ternyata tidak sedikit ibu-ibu yang mengalami kesulitan memberi akan bayi dan anak-anak mereka. Padahal, pada masa bayi dan anak-anak itulah priode penting untuk kehidupan anak. Kekurangan makan bisa mengakibatkan malanutrisi pada bayi dan anak yang berakibat 'stunting', gangguan kecerdasan dan masalah kesehatan secara umum.
Untuk itulah Nutricia Advanced Medical Nutrition menyelenggarakan "Bicara Gizi" yang bertajuk "Masalah dan Gangguan Makan pada Anak: Apa Dampak dan Penyebabnya?" di Jakarta, 20/10-2018. Upaya Danone untuk memasyaratkan gizi merupaka bagian dari usaha mendukung orang-orang tua memanfaatkan the golden years atau masa emas pertumbuhan bayi dan anak yang merupakan priode yang sangat menentukan kehidupan anak kelak di masa remaja dan dewasa.
Ketika di masa emas, yaitu selama dalam kandungan dan dua tahun pertama, diperlukan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh-kembang anak, tapi ternyata ada kesulitan makan tentulah berdampak buruk bagi pertumbuhan anak. Banyak orang tua mengeluh ketika bayi dan anak melakukan "GTM" (geraka tutup mulut) sebagai tanda tidak mau makan.
Dalam paparannya sebagai pembiara pada "Bicara Gizi", dr Nur Aisiyah Widjaja, SpA(K), Staf Bagian Anak, Konsultan Nutrisi Pediatri & Penyakit Metabolik FK Unair/RSUD Dr Soetomo Surabaya, mengatakan jangan membiarkan kesulitan makan pada anak berlarut-larut. "Segera cari bantuan ke dokter spesialis," kata dr Nuril, panggilan akrabnya. Mengutip studi dr Nuril menunjukkan 50-60 persen orang tua mengeluh soal bayi dan anak yang sulit makan. Dari jumlah ini 20-30 persen memang ada masalah yang menyebabkan anak sulit makan. 1-2 persen dari jumlah itu mengalami gangguan berat.
Ibu-ibu muda yang ikut dalam "Bicara Gizi" juga mengeluh soal bayi dan anak mereka yang sulit makan. Adayang mencari menu yang baik dan memasaknya, tapi, "Eh, anak saya malah geleng-geleng kepala," kata seorang ibu mengeluh. Begitu pula dengan pengalaman Ruth Dian, seorang ibu dan social media influencer, yang kesulitan memberikan makanan pada anaknya.
Mengapa dr Nuril meminta ibu-ibu jangan membiarkan anak yang sulit makan adalah karena tumbuh-kembang anak sejak lahir sampai umur 2 tahun sangat pesat sehingga, "Anak membutuhkan makanan yang mengandung gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan gizi makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh-kembang yang optimal," ujar dr Nuril. Selain itu masalah makan pada bayi dan anak bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak, gangguan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi bahkan bisa mengakibatkan kematian (Manikam, et al. 2000).
Pemberian makanan kepada bayi dan anak juga tidaklah semudah yang dipikirkan karena harus memperhatikan jenis makanan, pola pemberian makan dan perilaku makan bayi dan anak memegang peranan yang penting untuk menentukan masa depan anak.
Pemberian jenis makanan yang salah dan perilaku makan bayi dan anak juga bisa jadi masalah yang mengganggu tumbuh-kembang anak. Berdasarkan sebuah penelitian di Indonesia masalah makan pada anak diklassifikasi sebagai inappropriate feeding practice, small eaters, dan parental misperception (Sjarif, DR. 2011).
Jenis-jenis gangguan makan ini bisa jadi pegangan bagi ibu-ibu muda untuk memahami kodisi bayi dan anak mereka. Inappropriate feeding practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah atau pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia. Small eaters adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perilaku makan anak yang sedikit sehingga status gizinya kurang. Dikenal pula food preference yaitu keluhan tentang perilaku anak yang memilih makanan dan menolak makanan tertentu.
Pemberian makan pada bayi dan anak bukan tanpa tujuan. Ada tujuan fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan berbagai macam zat gizi makro (karbohidrat, protein hewani, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral ) untuk proses metabolisme tubuh yaitu aktifitas, tumbuh-kembang bayi dan anak.
Sedangkan aspek edukatif mendidik ketrampilan, membina kebiasaan, membina selera, disiplin yaitu food rules (makan terjadwal).
Selanjutnya aspek psikologis yaitu memberi kepuasan kepada anak dan orang tua (interaksi orangtua dan anak).
Dr Nuril meminta agar ibu-ibu tidak menyepelekan kesulitan makan pada bayi dan anak karena diperlukan intervensi agar asupan nutrisi memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang bauyi dan anak sehingga tercapai derajat kesehatan bayi dan anak yang optimal. Misalnya, diukur berdasarkan pertumbuhan tinggi dann berat badan sesuai dengan patokan Badan Kesehatan Sedunia (WHO).
Tentu saja yang perlu diingat adalah intervensi harus berdasarkan diagnosis dokter ahli jangan hanya bertanya kepada 'Mbah Google' karena, paling tidak, sudah dua dokter yang mengeluh soal informasi kesehatan di Internet yang tidak akurat.
[Baca juga: "Danone Blogger Academy" Melanjutkan]
Melalui "Bicara Gizi" yang berkelanjutan, Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, berharap bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatasi perilaku makan pada anak sehingga bisa memberikan nutrisi yang tepat bagi bayi dan anak mereka demi tumbuh-kembang mereka agar optimal dan menikmati masa depan yang cerah.
Danone Advanced Medical Nutrition menghadirkan solusi inovatif terkait nutrisi medis khusus untuk kebutuhan anak dan orang dewasa. Dengan pengalaman dalam berbagai bidang, seperti penyakit yang berkaitan dengan malanutrisi, metabolisme yang terganggu, diabetik, epileptik dan alergi protein, Nutricia Advanced Medical Nutrition ingin jadi pionir dalam solusi nutrisi untuk hidup yang lebih sehat melalui produk yang sehat untuk mendukung kualitas hidup, *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H