Keempat, L pada LGBT adalah lesbian yang merupakan orientasi seksual sebagai homoseksual yang tidak menjadi faktor risiko penularan HIV karena tidak ada seks penetrasi. Tidak ada kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko seks lesbian. Maka, penyebutan L yang dikaitkan dengan HIV/AIDS adalah ngawur.
Kelima, kasus HIV/AIDS pada gay ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap (istri). HIV/AIDS hanya ada di komunitas gay.
Yang jadi persoalan besar dalam epidemi HIV/AIDS terkait dengan perilaku seksual, adalah:
(1). Laki-laki dewasa heteroseksual yang sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan perempuan yang berganti-ganti, di dalam nikah (kawin-cerai) dan di luar nikah (zina, selingkuh, dll.), di wilayah Kab. Cianjur, di luar wilayah Kab. Cianjur dan di luar negeri.
Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki bisa sebagai seorang suami sehingga ada risiko penularan HIV pada istrinya. Jika istrinya tertular HIV, maka ada pula risiko penularan HIV secara vertikal ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI);
(2). Perempuan dewasa heteroseksual yang sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, di dalam nikah (kawin-cerai) dan di luar nikah (zina, selingkuh, dll.), di wilayah Kab. Cianjur, di luar wilayah Kab. Cianjur dan di luar negeri.Â
Dalam kehidupan sehari-hari perempuan ini bisa sebagai seorang istri sehingga ada risiko penularan HIV pada suaminya. Ada pula risiko penularan HIV secara vertikal ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui ASI;
PSK Tidak Langsung
(3). Laki-laki dewasa heteroseksual yang sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) langsung atau PSK tidak langsung.Â
Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki bisa sebagai seorang suami sehingga ada risiko penularan HIV pada istrinya. Jika istrinya tertular HIV, maka ada pula risiko penularan HIV secara vertikal ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan ASI;
Yang dimaksud dengan: