[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]
Ada lagi pernyataan: .... banyak pula ODHA yang menutup diri dikarenakan stigma negatif dari pihak luar.
Penulisan ODHA tidak benar karena bukan akronim tapi kata yang mengacu ke Orang dengan HIV/AIDS (Odha).
Odha yang terdeteksi melalui tes HIV dengan standar prosedur operasi yang baku tetap terjaga identitasnya dan tetap dijangkau oleh instansi dan institusi terkait, tertutama jika sudah meminum obat antiretroviral (ARV).
Yang jadi persoalan besar dalam epidemi HIV/AIDS adalah warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Mereka ini jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat secara horizontal, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Dalam berita juga sama sekali tidak ada penjelasan mengapa ada ibu rumah tangga yang tertular HIV yang selanjutnya menularkan HIV ke bayi yang dikandungnya. Tidak ada penjelasan terkait dengan perilaku seksual laki-laki dewasa.
Memang di Purwakarta tidak ada lokasi pelacuran terbuka, tapi apakah itu jaminan tidak ada transaksi seks dalam bentuk pelacuran di Purwakarta?
Nah, kalau saja wartawan yang menulis berita ini melihat realitas sosial terkait dengan transaksi seks di Purwakarta, maka akan tersaji berita yang membuka mata berbagai kalangan di Purwakarta tentang epidemi HIV/AIDS. Dengan demikian bisa jadi pembelajaran bagi warga agar tidak melakukan perilaku seks yang berisiko tertular HIV. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H