Tidak bisa dibayangkan ibu-ibu yang menggendong bayi dan menuntut balita sambil menangis dan berteriak di tengah kerumunan warga yang panik. Lansia pun melangkah terseok-seok.
Dikabarkan Kementerian Agraria dan Tata Ruang bersama Kementerian PUPR sudah merancang permukiman baru untuk merelokasi warta terdampak tsunami di Kota Palu. Ini langkah terpuji karena jauh lebih baik merelokasi permukiman daripada sibuk mengurus buoy.
Tentu saja tantangan bagi pemerintah daerah di pesisir neger yang rawan diterjang tsunami. Tapi, dari pengalaman Kementerian ESDM yang sudah mengirimkan peta faktor penyebab bencana alam yang tidak ditanggapi daerah adalah usaha yang pelik untuk mengajak warga pindah dari garis pantai terdampak tsunami.
 Apakah relokasi harus menunggu (dulu) sampai tsunami datang menerjang bangunan, meratakan permukiman dan menelan korban jiwa? *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H