Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuppies di Indonesia Akankah Mereka Beralih ke Yippies?

27 September 2018   16:14 Diperbarui: 13 Februari 2024   04:02 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: standard.co.uk)

Catatan penulis: Tulisan ini saya cari-cari ketika membaca Harian "Kompas" edisi hari ini (27/9-2018) karena ada dua berita yang sangat nertolak belakang yaitu: (1) Kaum Milenial Penentu Indonesia Emas 2045 (headline), dan (2) Pemberantasan Korupsi, Anak Muda Ternyata Lebih Permisif. Gambaran kondisi di dekade 1990-an memberikan latar belakang terhadap dua berita tsb.

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan politik yang melaju dengan pesat akan membuka berbagai peluang (baru) di sektor ekonomi dan politik itu sendiri. Peluang itu pulalah, yang pada gilirannya, merubah starata dalam suatu struktur masyarakat.

Di beberapa negara industri baru (New Industrial Countries/NIC's), seperti Hong Kong, Korsel, dan Singapura, bahkan di India dan Indonesia pun sudah muncul kelas (masyarakat) baru yang dikenal sebagai yuppies (young urban upwardly profesionals) yang diindentifikasi sebagai sebuah struktur sosial yang terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perkembangan politik yang kian mengarah ke demokratisasi.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Starata sosial dalam suatu struktur masyarakat yang konvensional dikenal tiga kelas yaitu: bawah, menengah, dan atas (Gambar 1). Struktur ini umumnya terdapat di desa dan kota-kota kecil dalam bentuk kerucut yang tajam. Kedudukan di strata al. ditentukan dengan pemilikan lahan pertanian, ternak, dll. Tidak ada variasi starata pada setiap lapisan karena pada tiap lapisan starata dinamika berjalan lambat.

Sedangkan struktur di kota-kota menengah dengan pola lapisan yang variatif (Gambar 2). Keragaman strata sosial di suatu lingkungan akan menghasilkan stratifikasi sosial (kelas dalam masyarakat) atau diferensiasi sosial. Kondisi ini, seperti disebut oleh Ralph Linton akan menghasilkan status sosial yaitu berupa hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang di masyarakat. Ada sebagian kecil warga yang bisa menembus strata sampai ke starata menengah, misalnya, pegawai negeri dan karyawan swasta yang belakangan menerima gaji dan upah yang disesuaikan dengan standar kebutuhan hidup minimum yang dikenal sebagai UMR (upah minimun regional)

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Peningkatan status sosial dalam suatu struktur masyarakat akan membawa seseorang ke kelas yang lebih tinggi dalam starata sosialnya. Dalam Gambar 3 tampak ada sebagian kecil masyarakat dari starata menengah yang berhasil mencuat ke starata atas. Begitu pula dari starata bawah ada yang berhasil menembus ke starata menengah sampai ke atas dalam struktur masyarakat. Ini misalnya terkait dengan kegiatan politik dan ekonomi yang berkembang.

Dalam suatu masyarakat heterogen, seperti di perkotaan, peningkatan status, terutama dari kelas bawah dan menengah, atau menengah ke kelas atas dikenal sebagai lapisan baru di kelasnya, yang lebih dikenal dengan julukan the new social middle class. Mereka ini digambarkan sebagai pendatang baru (new comer) dalam staratanya pada struktur masyarakat.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Melirik APBD 

Mereka inilah, sebenarnya, yang sering dikategorikan sebagai kalangan yuppies. Kalangan ini terkenal sebagai pribadi-pribadi yang mapan, umumnya di sektor ekonomi (bisnis). Mereka mudah dikenali karena selalu tampak elegan dengan cara mengikuti mode, mulai dari pakaian dan aksesori sampai ke mobil dan makanan. Pola hidup mereka yang mengutamakan merek, seperti pakaian dan mobil, merupakan salah satu lambang prestise untuk mendukung penampilan mereka.

Ada juga yang menyebut mereka sebagai the middle class family karena pola kehidupan sehari-harinya dikenal sangat familiar yang diwujudkan dengan pergaulan yang tidak lagi mengacu ke falsafah pergaulan tradisional ala ketimuran. Soalnya, pergaulan antar sesama anggota keluarga seperti berteman saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun