Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penatalaksanaan Nutrisi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan

23 September 2018   16:50 Diperbarui: 23 September 2018   17:08 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Klara Yuliarti, SpA (K) (kanan) sampaikan materi (Dok Pribadi)

Tahukah Anda kalau setiap tanggal 29 September diperingat Hari Jantung Sedunia dan di Indonesia Hari Jantung Nasional? Sejarah Hari Jantung  Sedunia dimulai tahun 2000 dengan tema "I Love my Heart: Let it beat!" Kampanye ini diluncurkan secara global sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran warga Dunia tentang pentingnya kesehatan jantung.

Mungkin, banyak yang tidak tahu atau tidak ingat. Tapi, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dari 1.000 kelahiran, di desa atau di kota di negara maju atau di negara miskin, angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) berkisar antara 8 -- 10 kasus.

Di Indonesia? Berdasarkan perkiraan setiap tahun 50.000 kasus PJB terdeteksi dengan berbagai kondisi. Celakanya, 30 persen darai kasus tsb. tidak terdeteksi. Ini al. terjadi karena ada PJB tanpa gejala yang khas yaitu noncyanotic (tidak biru) di samping PJB dengan cyanotic  (membiru).

PJB pada anak adalah kelainan struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung akibat gangguan atau perkembangan struktur jantung pada fase awal pekembangan janin. Sudah lebih dari 34 jenis PJB pada anak yang teridentifkasi secara medis. Kebanyakan PJB menghambat  aliran darah pada jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah yang abnormal ke jatung dan dari jentung ke organ lan.

Dr Dedi Wilson SpA (K) (kanan) sampaikan materi (Dok Pribabdi)
Dr Dedi Wilson SpA (K) (kanan) sampaikan materi (Dok Pribabdi)
Yang jadi persoalan besar, seperti dikatakan oleh Dr Dedi Wilson SpA (K), Konsultan Kardiologi Anak di RS Jantung Jakarta, pada acara "Bicara Gizi - Heart to Heart: Risiko Genetik dan Manajemen Nutrisi Penyakit Jantung Bawaan pada Anak" yang diselenggarakan oleh Nutricia Advanced Medical Nutrition, Danone Indonesia (Jakarta, 22/9-2018), tidak diketahui penyebab pasti PJB. Yang ada adalah faktor-faktor risiko yang juga multi faktor.

Ada tiga yang dikaitkan dengan PJB, yaitu lingkungan (zat kimia dan radiasi, setelah Hirosima dan Nagasaki dibom oleh AS dilaporkan banyak kasus PJB), ibu (infeksi virus, diabetes, SLE, obat-obatan dan alkohol) serta bayi (mutasi gen dan perubahan kromosom). Kelahiran prematur juga bisa jadi faktor pemicu PJB pada anak.

Untuk itulah Dr Dedi menganjurkan agar bayi yang baru lahir menjalani pemeriksaan auskultasi (mendengar denyut jantung), perabaan denyut nadi, pemeriksaan saturasi dan pemeriksaan ekokardiografi.  Namun, "Langkah-langkah ini punya kelemahan," kata Dr Dedi mengingatkan. Itulah sebabnya Dr Dedi menganjurkan fetal echo pada usia kehamilan 5 -- 6 minggu bagi ibu yang mempunyai riwajat penyakit jatung, diabetes dan penenggak alkohol.

Selain itu pemantauan tumbuh kemang anak sangat membantu untuk mendeteksi PJB. Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, orang tua, komunitas dan blogger perlu memahami PJB pada anak dengan baik agar tidak terjadi malanutrisi.

Soalnya, PJB pada anak akan membuat anak bernapas pendek dan cepat, susah makan, keringat berlebihan saat makan, sianosis (kulit, bibir dan kuku berwarna kebiru-biruan). Menurut Dr Dedi, jika anak dengan PJB tida ditangani dengan baik dapat menyebabkan pertumbuhan anak tidak baik dan kurang nutrisi (wasting/stunting), gangguan perilaku anak, gangguan saraf, infeksi saluran pernapasan yang berulang sampai kematian. Maka, "Deteksi dini adalah kunci utama untuk menentuan penanganan yang sesuai," ujar Dr Dedi.

Salah satu dampak PJB pada anak adalah risiko malanutrisi yang bisa berujung pada stunting (pertumbuhan yang tidak maksimal sampai usia dua tahun). Malanutrisi bisa terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, absorbs dan pemanfaatkan yang tidak efisien, serta peningkatan kebutuhan kalori/energi yang tidak terpenuhi.

Dr Klara Yuliarti, SpA (K) (kanan) sampaikan materi (Dok Pribadi)
Dr Klara Yuliarti, SpA (K) (kanan) sampaikan materi (Dok Pribadi)
Dalam penjelasannya Dr Klara Yuliarti, SpA (K), Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak di RSCM Jakata, mengatakan bahwa asupan yang tidak memadai pada anak dengan PJB terjadi karena anak susah mengisap, menelan, cepat lalah saat makan, dan pembatasan cairan. Maka, "Anak dengan PJB membutuhkan penatalaksaan nutrisi yang khusus," kata Dr Klara.

Malanutrisi pada anak di bawah dua tahun akan mengganggu perkembangan otak karena 80 persen perkembangan otak terjadi pada dua tahun kehidupan yang dikenal sebagai "1000 Hari Pertama Kehidpan".

[Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting]

Dr Klara memberikan data tentang prevalensi malanutrisi pada anak dengan PJB yaitu 70 persen. Padahal, anak dengan PJB membutuhkan asupan nutrisi yang agresif dan tinggi kalori. Untuk itulah Dr Klara berharap agar pemberian nutrisi enteral dan parenteral yang tepat dan dengan dukungan grafik pertumbuhan anak agar anak dengan PJB terhindar dari malanutrisi dan stunting. Soalnya, "Malanutrisi dan stunting memperburuk kesehatan anak dengan PJB," kata Dr Klara.

Pertumbuhan anak yatu berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Jika pertumbuhan ini tidak sesuai dengan pedoman yang ada, maka anak perlu dibawa ke dokter ahli jatung. Selain itu persoalan imunisasi juga jadi masalah bagi anak dengan PJB sehingga perlu konsultasi dengan dokter jatung.

Ada juga salah persepsi tentang anak dengan PJB terkait dengan aktivitas fisik. Jika tidak ada aktivitas fisik berisiko terjadi obesitas, diabetes, depresi dan penyakit kardiovaskular. Untuk itu, menurut Dr Dedi, diskusikan aktivitas fisik yang boleh dilakukan anak dengan PJB dengan dokter jantung anak.

Imunisasi juga penting bagi anak dengan PJB. Untuk itu, Dr Dedi berharap agar orang tua dan anggota keluarga melakukan pencegahan infeksi pada anak dengan PJB, al.. hindari tempat ramai, cuci tangan teratur, perawatan gigi, segera berobat jika ada gejalan infeksi, pemakaian antibiotik berdasarkan indikasi yang tepat, dan melengkapi imunisasi yang dianjurkan.

Dr Klara mengingatkan blogger karena dia sering berhadapan dengan orang tua yang menjadikan informasi di Internet sebagai pedoman untuk menangani anak dengan PJB. "Tolonglah, kalau informasi tidak akurat jangan dipublis," pintsa Dr Klara. Untunglah blogger yang tergabung dalam "Kompasiana Danone Blogger Academy" sudah mejalani pelatihan untuk penulisan kesehatan, nutrisi dan lingkungan. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun