Malanutrisi pada anak di bawah dua tahun akan mengganggu perkembangan otak karena 80 persen perkembangan otak terjadi pada dua tahun kehidupan yang dikenal sebagai "1000 Hari Pertama Kehidpan".
[Baca juga: Kecukupan Nutrisi pada "1000 Hari Pertama Kehidupan" Cegah Stunting]
Dr Klara memberikan data tentang prevalensi malanutrisi pada anak dengan PJB yaitu 70 persen. Padahal, anak dengan PJB membutuhkan asupan nutrisi yang agresif dan tinggi kalori. Untuk itulah Dr Klara berharap agar pemberian nutrisi enteral dan parenteral yang tepat dan dengan dukungan grafik pertumbuhan anak agar anak dengan PJB terhindar dari malanutrisi dan stunting. Soalnya, "Malanutrisi dan stunting memperburuk kesehatan anak dengan PJB," kata Dr Klara.
Pertumbuhan anak yatu berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Jika pertumbuhan ini tidak sesuai dengan pedoman yang ada, maka anak perlu dibawa ke dokter ahli jatung. Selain itu persoalan imunisasi juga jadi masalah bagi anak dengan PJB sehingga perlu konsultasi dengan dokter jatung.
Ada juga salah persepsi tentang anak dengan PJB terkait dengan aktivitas fisik. Jika tidak ada aktivitas fisik berisiko terjadi obesitas, diabetes, depresi dan penyakit kardiovaskular. Untuk itu, menurut Dr Dedi, diskusikan aktivitas fisik yang boleh dilakukan anak dengan PJB dengan dokter jantung anak.
Imunisasi juga penting bagi anak dengan PJB. Untuk itu, Dr Dedi berharap agar orang tua dan anggota keluarga melakukan pencegahan infeksi pada anak dengan PJB, al.. hindari tempat ramai, cuci tangan teratur, perawatan gigi, segera berobat jika ada gejalan infeksi, pemakaian antibiotik berdasarkan indikasi yang tepat, dan melengkapi imunisasi yang dianjurkan.
Dr Klara mengingatkan blogger karena dia sering berhadapan dengan orang tua yang menjadikan informasi di Internet sebagai pedoman untuk menangani anak dengan PJB. "Tolonglah, kalau informasi tidak akurat jangan dipublis," pintsa Dr Klara. Untunglah blogger yang tergabung dalam "Kompasiana Danone Blogger Academy" sudah mejalani pelatihan untuk penulisan kesehatan, nutrisi dan lingkungan. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H