Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tes HIV Ada di Hilir, Pak Bupati Sikka

21 September 2018   08:42 Diperbarui: 21 September 2018   08:55 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: empowermentprogram.org)

Ketiga, maka semua hasil tes terhadap ASN apa pun hasilnya harus dilakukan tes konfirmasi. Maka, tes HIV dan tes konfirmasi harus dilakukan berulang-ulang.

Keempat, disebutkan 'mengungkap penyakit mematikan HIV Aids'. Sampai hari ini belum ada kasus kematian pengidap HIV/AIDS karena HIV atau AIDS. Kematian pengidap HIV/AIDS terjadi pada masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) karena penyakit-penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TB, dll.

Kelima, untuk mengungkap atau mendeteksi warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi diperlukan langkah yang komprehensif, bukan dengan melakukan tes HIV kepada semua warga atau ASN. Ini langkah konyol karena tidak sistematis.

Disebutkan lagi: Tes darah itu lanjut Roberto, dilakukan agar diketahui dan langsung ditangani dengan diberi pengobatan.

Bukan tes darah, tapi tes HIV dengan memakai darah. Hasil tes HIV tidak otomatif akurat karena terkait dengan masa jendela dan hasil tes HIV juga, seperti direkomendasikan WHO, harus dikonfirmasi dengan tes lain.

Orang-orang yang terdeteksi HIV-positif melalui tes HIV tidak otomatis memerlukan pengobatan. Untuk meminum obat antiretroviral (ARV), misalnya, pengidap HIV harus menjalani tes CD4. Jika hasilnya di bawah 350 baru dianjurkan meminum obat ARV.

Dikatakan pula oleh Bupati Roberto: "Saya pernah tiga tahun jadi camat dan tiga bulan pertama langsung kita periksa ibu-ibu. Dari hasil pemeriksaan itu, kita berhasil temukan ada warga yang terinveksi HIV/AIDS, sehingga kita kemudian lakukan pembinaan dan pendampingan."

Pertanyaan yang sangat mendasar untuk Bupati Roberto: Apakah suami ibu-ibu yang terdeteksi HIV juga menjalani tes HIV?

Kalau jawabannya tidak, maka itu artinya Pak Bupati membiarkan suami ibu-ibu itu menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Disebutkan juga: Tes darah itu lanjut Roberto, bahkan menjadi syarat untuk tenaga kerja yang akan bekerja di Kabupaten Sikka.

Tes HIV bukan jaminan seseorang akan bebas HIV/AIDS selamanya karena bisa saja setelah tes HIV dengan hasil negatif ybs. melakukan perilaku berisiko sehingga tertular HIV. "Tes HIV bukan vaksin, Pak Bupati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun