Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

4 Atlet Basket Jepang Dipulangkan karena Skandal Prostitusi

20 Agustus 2018   21:32 Diperbarui: 20 Agustus 2018   22:06 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrsi (Sumber: pinknews.co.uk)

Ketika mengikuti Kongres AIDS Internasional Asia Pasifik IV (ICAAP IV) di Manila, Filipina, 1997, setiap kali masuk klub yang menyajikan hiburan berbau seks, satpam di pintu masuk selalu mengatakan: "Jangan lupa komdom, Tuan!"

Bagi yang, maaf, 'piktor' (pikiran kotor) tentulah akan berkecamuk anggapan negatif bahwa di Filipina AIDS berkecamuk. Tapi, bagi yang berpikiran positif ada tiga aspek terkait dengan peringatan satpam itu, yaitu: (1) Jangan bawa AIDS ke negara saya, (2) Jangan tularkan HIV ke cewek penghibur, dan (3) Lindungi diri Anda agar tidak tertular HIV.

Kegiatan-kegiatan baik konferensi, seminar dan olahraga yang selalu mendatangkan banyak orang ke negara penyelenggara tentulah berdampak terhadap berbagai sendi kehidupan, seperti hiburan malam (miras, judi dan seks).

Jelang Piala Dunia 2018 di Rusia, misalnya, ada imbauan agar perempuan Rusia tidak melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain ras. Imbauan ini memang tidak terkait dengan HIV/AIDS (Baca juga: Piala Dunia 2018 | Perempuan Rusia Diimbau Tidak Berhubungan Intim dengan Laki-laki Lain Ras).

Tapi, dengan epidemi IMS dan HIV/AIDS yang sudah menerpa semua negara di dunia adalah hal yang masuk akal kalau ada peringatan agar berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual. IMS adalah infeksi menular seksual yang lebih dikenal sebagai 'penyakit kelamin', yaitu kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), herpes genitalis, virus hepatitis B, klamidia, jengger ayam, virus kanker serviks, dll.

Pengidap HIV/AIDS tidak kasat mata karena tidak ada gejala-gejala  yang khas AIDS pada fisik mereka.

Kejutan terjadi pada pesta olahragan bangsa-bangsa Asia (Asian Games) 2018 di Jakarta dan Palembang Agustus-September 2018. Empat atlet basket Jepang yang akan berlaga di Asian Games 2018 dipulangkan ke negaranya karena membayar jada pekerja seks komersial (PSK).

Diberitakan oleh "VOA Indonesia" (Empat Atlet Basket Jepang Dikeluarkan Akibat Skandal Prostitusi, 20/8-2018) keempat atlet Jepang itu terlihat di kawasan pelacuran di Jakarta dengan memakai pakaian olahraga nasional Jepang. Keempat atlet ini ditawari bermalam dengan perempuan di hotel.

Selain atlet dan official ada juga warga dari negara-negara peserta Asian Games yang berkunjung ke Indonesia untuk menyaksikan pertandingan olahraga sesuai dengan minatnya.

Di beberapa negara Asia peserta Asian Games 2018 prevalensi IMS dan HIV/AIDS ada yang tinggi. Ini artinya bisa saja ada warga pengidap IMS dan HIV/AIDS yang datang ke Jakarta dan Palembang untuk menyaksikan pertandingan olahraga.

Jumlah kasus HIV/AIDS di kawasan Asia Pasifik (2016) dilaporkan 5,1 juta dengan prevalensi 0,2 persen pada kalangan dewasa. Tahun 2014 dilaporkan 5 persen penyebaran HIV/AIDS terjadi melalui PSK (avert.org). Di India dilaporkan 2,1 juta pengidap HIV/AIDS. Prevalensi HIV/AIDS di kalangan PSK di beberapa negara Asia juga dilaporkan tinggi. Maka, ada risiko penularan HIV kepada warga melalui hubungan seksual tanpa kondom jika ada PSK pengidap HIV/AIDS dari negara-negara peserta Asia Games 2018 yang datang ke Jakarta dan Palembang.

Tentulah satpam di pusat-pusat hiburan malam di Jakarta dan Palembang tidak akan bisa berkata seperti yang dilakukan satpam di pusat-pusat hiburan malam di Filipina. Itu artinya ada risiko penyebaran IMS dan HIV/AIDS bisa juga dua-duanya sekaligus baik dari pendatang ke cewek penghibur di Jakarta dan Palembang atau sebaliknya. Begitu juga penyebaran HIV/AIDS melalui PSK dari beberapa negara peserta Asian Games 2018 ke warga lokal melalui hubungan seksual tanpa kondom.

Dalam sebuah liputan terkait dengan epidemi HIV/AIDS seusai KTT APEC 1994 di Bogor, untuk Tabloid "Mutiara", seorang 'cewek penghibur' mengaku menyesal melademi tamu seorang wartawan Vietnam karena dia tertular 'penyakit kelamin' yang sulit disembuhkan. "Uangnya, sih, besar tapi biaya pengobatan penyakit yang saya derita pun membutuhkan uang yang banyak," kata cewek itu dengan nada penyesalan.

Asian Games 2018 ini sendiri bagaikan 'jebakan betmen' untuk pemerintahan Jokowi-JK karena 'diwariskan' oleh pendahulunya tanpa 'cetak biru' (Baca juga: Jangan-jangan Asian Games 2018 adalah "Jebakan Batman"?). Artinya, selain program penyediakan sarana dan prasarana perlu juga kajian aspek-aspek terkait dengan masalah sosial, seperti penyebaran penyakit.

Tidak ada informasi terkait dengan risiko penyebaran penyakit, terutama IMS dan HIV/AIDS, sehubungan dengan pesta olahraga Asia ini. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun