Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kematian Pengidap HIV/AIDS di Situbondo Tidak Dikaitkan dengan Epidemi HIV/AIDS

19 Agustus 2018   07:43 Diperbarui: 19 Agustus 2018   08:30 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sunber: gettyimages.com)

Berita tentang kematian pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo, Jatim, sama sekali tidak menyentuh akar persoalan terkait dengan epidemi HIV/AIDS. 

Pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, Abu Bakar Abdi, dalam berita Dalam Setahun, 60 Penderita HIV/AIDS di Situbondo Meninggal Dunia (jatim.tribunnews.com, 1/8-2018) sama sekali tidak dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS.

Disebutkan sepanjag tahun 2017 dari 200 kasus yang terdeteksi 60 di antaranya meninggal dunia. Informasi ini sama sekal tidak berguna dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.

Pertama, tidak ada penjelasan tentang penyakit yang menyebabkan kematian 60 pengidap HIV/AIDS tsb. Informasi ini penting agar masyarakat paham bahwa yang mematikan bukan HIV atau AIDS atau HIV/AIDS, tapi ada penyakit lain yang terjadi di masa AIDS (masa AIDS secara statistik terjadi pada rentang waktu antara 5-15 tahun setelah tertular HIV).

Kedua, sebelum meninggal dunia 60 pengidap HIV/AIDS tsb., kecuali bayi dan anak-anak, kemungkinan sudah menularkan HIV ke orang lain.

Jika ada di antara yang 60 pengidap HIV/AIDS tsb. pekerja seks komersial (PSK), maka sebelum meninggal dia sudah melayani hubungan seksual tanpa kondom dengan ratusan bahkan ribuan laki-laki. Kalau rata-rata setiap malam seorang PSK melayani 3 laki-laki, maka sebelum meninggal sudah ada 3.600 -- 10.800 laki-laki yang berisiko tertular HIV [1 PSK x 3 laki-laki/malam x 20 hari/bulan x (5 atau 15) tahun.

Kalau di antara 60 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu ada laki-laki dewasa, maka ada satu orang perempuan yaitu istrinya yang berisiko tertular HIV. Kalau laki-laki itu beristri lebih dari satu, maka kian banyak perempuan yang berisiko tertular HIV.

Jika di antara 60 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu ada ibu rumah tangga, maka ada risiko penularan H IV kepada bayi yang dikandungnya. Probabilitas penularan secara vertikal lebih dari 30 persen jika selama hamil tidak ditangani oleh dokter.

Kalau di antara 60 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu ada waria, maka ada pula sekian laki-laki heteroseksual pelanggan waria yang berisiko tertular HIV.

Jika di antara 60 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu ada laki-laki biseksual, maka istri dan pasangan seks laki-laki berisiko tertular HIV.

Kalau saja Abu Bakar Abdi dan wartawan yang meliput dan menulis berita ini memahami epidemi HIV/AIDS sebagai fakta medis, maka berita yang ditulis adalah menggambarkan realitas sosial terkait dengan kematian 60 pengidap HIV/AIDS tsb. Bukan sekedar menonjolkan angka tapi tidak bermakna karena lebih ke arah sensasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun