Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di NTT, Mengabaikan Tes HIV terhadap Suami dan Ibu Hamil

9 Agustus 2018   05:35 Diperbarui: 9 Agustus 2018   07:16 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandingkan dengan suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Jika suami-suami itu tidak menjalani tes HIV, maka mereka akan jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Dalam berita tidak dijelaskan apakah suami-suami yang istrinya terdeteksi mengidap HIV/AIDS juga wajib menjalani tes HIV. Kalau suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak menjalani tes HIV itu artinya terjadi diskriminasi yang merupakan perbuatan melawan hukum dan pelanggaran HAM.

Disebutkan juga: Dengan demikian, masyarakat paham dan mau memeriksakan kesehatan ke rumah sakit dan puskesmas.

Terkait dengan HIV/AIDS bukan memeriksakan kesehatan, tapi menjalani tes HIV. Yang perlu diingat adalah tidak semua orang harus menjalani tes HIV karena tidak semua orang (dalam berita disebut masyarakat) perilaku seksualnya berisiko tertualr HIV.

Maka, selain ibu hamil dan suaminya yang diwajibkan tes HIV dianjurkan pula bagi setiap orang yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual yang berisiko tertular HIV agar menjalani tes HIV. Mereka itu adalah:

(1). Laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti,

(2). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Diperlukan langkah konkret yaitu intervensi terhadap perilaku di atas agar insiden infeksi HIV baru bisa ditekan. Tanpa langkah konkret di hulu penyebaran HIV di masyarakat akan terus terjadi yang merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun