Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menggapai 20 Juta Wisman yang Ditargetkan Jokowi

26 Juli 2018   17:00 Diperbarui: 26 Juli 2018   19:21 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Wisman di Candi Borobudur, Jawa Tengah (Sumber: Wikipedia)

Selain kejahatan seksual, kecelakaan transportasi,  kriminalitas lain pun sering terjadi. Pencopetan sampai perampokan. Yang paling sering terjadi adalah pelecehan seksual secara verbal dan nonverbal. Jangankan dengan cara berpakain Wisman seperti Bali, cara berpakaian Wisman di Yogyakarta yang lebih sopan pun akan jadi sasaran pelecahan di daerah lain (Baca juga: Mewujudkan Pariwisata Indonesia sebagai "ASIA Landscape").

Tampaknya, perlu edukasi yang berkesinambungan di DTW di luar Yogyakarta dan Bali tentang sikap keseharian dalam menerima wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Tanpa edukasi yang komprehensif akan sulit mengharapkan 'hospitality' sebagai bagian dari pelayanan.

Masalah harga minuman, makana, souvenis dan jasa pun jadi masalah besar karena tidak ada standar. Bahkan, banyak tempat yang tidak mencantumkan daftar menu, harga dan tarif jasa. Kondisi ini jelas bisa merugikan wisatawan nusantara dan mancanegara (Baca juga:Daftar Menu dan Harga Penting dalam Pariwisata dan Jangan Lagi Tipu Wisatawan dengan Harga Tak Pasti).

"Wonderful Indonesia" juga tidak fantastis karena semua negara wonderful. Apanya yang wonderful?

Alam? Di negara lain juga ada alam yang wonderful.

Cara Malaysia mempromosikan negaranya sebagai tujuan wisata sangat realistis yaitu 'Truly Asia'. Padahal, tidak semua unsur Asia ada di Malaysia. Dengan tag line ini Malaysia dikunjungi 20 juta turis tiap tahun.

Sedangkan di Indonesia banyak objek wisata yang tidak ada di banyak negara Asia dan merupakan bagian dari budaya global, seperti candi dan subak.

Tag line atau ikon promosi pariwiata Indonesia patut juga dievaluasi agar lebih menggigit dan menunjukkan identitas khas Indonesia. Misalnya, dengan ikon Asia Landscape (Baca juga: "Asia Landscape" Branding Pariwisata Indonesia). Sedangkan infrastruktur, seperti jalan raya, jalan tol, pelabuhan dan bandar udara ke DTW sudah jadi bagian dari program pemerataan pembangunan Jokowi.

Dengan cara-cara seperti sekarang, apakah target Jokowi bisa tercapai? Jawabannya terpulang kepada DTW di luar Yogyakarta dan Bali. *

*Jakal Km 5.6, Yogyakarta, 26/7-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun