Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Rembang, Tes HIV Ibu Hamil dan Populasi Kunci Langkah di Hilir

2 Juli 2018   07:42 Diperbarui: 2 Juli 2018   08:05 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: canstockphoto.com)

Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Rembang (Jawa Tengah-pen.) mengalami kenaikan yang cukup memprihatinkan. Tercatat sejak 2004 sampai bulan akhir Juni 2018 ini sudah ada sekitar 500 penderita. Dan terbaru penderita ditemukan bertambah 40 orang. Ini lead pada berita Dinas Kesehatan Temukan 40 Penderita HIV/AIDS Baru (radar.jawapos.com/radarkudus, 30/6-2018).

Ini gambaran pemahaman yang tidak baik terkait dengan epidemi HIV/AIDS di banyak kalangan. Banyak pihak, terutama kepala daerah, yang merasa risi, malu, dll. kalau jumlah kasus HIV/AIDS di daerahnya banyak yang terdeteksi sehingga angka laporan kasus besar.

Tentu saja anggapan itu salah besar karena dengan mendeteksi 1 kasus HIV/AIDS berarti memutus 1 mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es, yaitu: jumlah kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Maka, kasus-kasus HIV/AIDS yang ada di masyarakat jadi bumerang karena mereka menyebarkan HIV/AIDS secara horizontal, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Ini bisa terjadi karena orang-orang yang mengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi tidak merasakan gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan kondisi kesehatan mereka.

Dalam kaitan itulah pemerintah daerah perlu membuat regulasi untuk mendeteksi warga pengidap HIV/AIDS yang belum terdeteksi. Jika hal ini tidak dilakukan maka penyebaran HIV/AIDS di masyarakat akan terus terjadi.

Kabid Pengendalian Penyakit, Dinkes Kabupaten Rembang, Aris Suryono, menyebutkan pemeriksaan ibu hamil berisiko dilakukan dengan cara pemeriksaan mobile klinik layanan.

Pernyataan 'ibu hamil berisiko' tidak jelas dalam konteks pernyataan tsb. Apa dan siapa yang dimaksud dengan 'ibu hamil berisiko'?

Salah satu langkah untuk mendeteksi HIV pada masyarakat adalah anjuran tes HIV kepada ibu hamil. Mereka bukan kelompok dengan perilaku berisiko. Kalau ada ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS itu artinya kemungkinan besar mereka tertular dari suami. Maka, suami merekalah yang mempunyai perilaku seksual yang berisiko.

Diperlukan regulasi agar anjuran tes HIV bagi ibu hamil berkekuatan hukum. Dalam regulasi juga diatur agar suami ibu hamil yang pertama menjalani konseling dan tes HIV. Selama ini perempuan (ibu hamil) yang selalu jadi korban, padahal mereka ditulari.

Disebutkan pula: .... mobile klinik diperuntukkan bagi perempuan yang bekerja di lokalisasi. Termasuk bagi laki suka laki yang gencar dilakukan selama dua bulan, April dan Mei silam.

Tes HIV terhadap pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi hanya di hilir, yang diperlukan adalah program penanggulangan di hulu. Kalau ada PSK yang terdeteksi mengidap HIV itu artinya sudah banyak laki-laki yang berisiko tertular HIV karena setiap malam rata-rata seorang PSK melayani hubungan seksual dengan 3-5 laki-laki. Kalau di lokalisasi itu tidak ada regulasi pemakaian kondom, itu artinya laki-laki tidak pakai kondom sehingga ada risiko tertular HIV.

Selama tidak ada program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK, maka selama itu pula kasus baru terjadi. Laki-laki dewasa yang tertular HIV yang tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat tanpa mereka sadari. Ini bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun