Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mitos Penghambat Pembenahan Keselamatan Pelayaran di Danau Toba

24 Juni 2018   09:06 Diperbarui: 24 Juni 2018   13:52 3388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Toba dan Pulau Samosir (Sumber: The Boston Volcano Heads)

Agar kecelakaan tidak terulang adalah jauh lebih arif membicarakan penyebab dari aspek teknis dan kelalaian manusia daripada mengait-ngaitkannya dengan mitos.

Misteri Segitiga Bermuda di Samudara Atlantik, misalnya, sudah dibuktikan secara ilmiah bukan mitos karena ada faktor alam yang mempengaruhi cuaca dan kondisi perairan di kawasan itu. Segitiga Bermuda seluas 4 juta Km persegi yang yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan yaitu negara bagian Miami, dan negara Bagian Florida sebagai titik di sebelah barat.

Begitu juga dengan kapal pesiar mewah RMS "Titanic" yang disebutkan tahan terhadap benturan dengan gunung es di lautan, tapi mereka lupa tentang kekerasan gunung es. Kapal mewah itu patah dan tenggelam ke dasar Samudara Atlantik (15 April 1912) dalam pelayaran dari Southampton (Inggris) ke New York (AS) setelah menghantam gunung es yang terapung.

Nah, kembali ke Danau Toba. Bagaimana kaitan mitos dengan beberapa kecelakaan kapal di danau itu?

Selama mitos dijadikan pembenaran, maka selama itu pula tidak akan pernah ada pembenahan uutuk keselamtan pelayaran di Danau Toba yang pada akhirnya danau itu pun jadi "kuburan" kapal dan "makan" bagi saudara-saudara kita yang jadi korban kecelakaan kapal yang tidak menaati aturan baku pelayaran (Wikipedia dan sumber-sumber lain). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun