Ternyata tidak pernah!
Dalam bahasa yang lebih arif Paus hanya melihat dan bicara di hilir. Paus sama sekali tidak melihat fakta tentang penyebab pengungsi. Akibatnya, negara-negara Barat yang menolak pengungsi jadi sasaran tembak banyak kalangan yang 'memakai' Paus sebagai 'tameng'.
Sama saja dengan UNHCR yang tidak lebih bagaikan pemadam kebakaran. Lembaga ini menghaburkan uang yang sangat banyak untuk membiayai kebutuhkan hidups sehari-hari pengungsi di negara yang menampung pengungis dengan dolar AS.Â
Pada saat yang sama warga lokal hidup dalam jeratan kemiskina. Maka, pemandangan yang ironis adalah ada warga lokal yang mengemis di sekitar tempat penampungan pengungsi.
Kalau saja Paus dan UNHCR arif, maka selain menghujat negara yang menolak pengungsi juga wajib mengingatkan negara-negara sumber pengungsi agar tidak menjadikan rakyatnya sebagai korban perebutan kekuasaan, pertikaian antar faksi dan latar belakang perbedaan keyakinan serta agama.
Selama sumber pengungsi tidak diusik, maka gelombang pengungsi akan terus terjadi yang juga diperkeruh dengan perdagangan manusia berkedok pengungsi. *