Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2018 | Perempuan Rusia Diimbau Tidak Berhubungan Intim dengan Laki-laki Lain Ras

18 Juni 2018   07:56 Diperbarui: 18 Juni 2018   08:18 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perempuan-perempuan muda Rusia di Jalan Arbat, Moskow (Sumber: Shutterstock)

*Imbauan tidak terkait AIDS ....

Perempuan Rusia diminta tak berhubungan intim dengan laki-laki asing selama Piala Dunia. Ini judul berita di "BBC Indonesia" (17/6-2018). Jika membaca judul ini anggapan melayang ke persoalan HIV/AIDS karena kasus HIV/AIDS di Rusia pada tahun 2006 diperkirakan antara 850.000 - 1,5 juta (avert.org).

Kalau bertolak dari data ini tentulah rombongan timnas, supporter dan penggemar sepakbola yang diperingatkan karena prevalensi HIV di kalangan pekerja seks komersial (PSK) di Rusia dilaporkan di beberapa kota mencapai 3,9 persen dari populasi PSK (avert.org).

Ternyata himbauan itu bukan terkait dengan HIV/AIDS, tapi tentang anjuran agar perempuan Rusia tidak melahirkan anak dari ras yang berbeda. Ini disuarakan oleh Tamara Pletnyova dari Partai Komunis Rusia dalam perbincangan di sebuah stasiun radio di Moskow. Dikatakan oleh Pletnyova jika perempuan Rusia melahirkan anak dari ras yang berbeda, maka "anak-anak mereka akan menderita" karena "diterlantarkan" ayah-ayah asing mereka.

Pernyataan Pletnyova itu bertolak dari kasus "anak-anak Olimpiade" yaitu anak-anak perempuan Rusia yang lahir setelah Olimpiade Musim Panas tahun 1980 dengan ayah biologis mereka dari ras yang berbeda. Pletnyova mengatakan: "(Anak-anak) diterlantarkan, dan mereka tinggal bersama ibu mereka. Kita seharusnya melahirkan anak-anak kita (sendiri)".

Kalau saja Pletnyova mengaitkannya dengan HIV/AIDS tentulah anjuran atau himbuan itu jadi bermakna. Soalnya, penggemar sepakbola datang dari berbagai tempat di Bumi dengan kasus HIV/AIDS yang juga tidak sedikit. Tidak satu pun negara di dunia yang tidak melaporkan kasus HIV/AIDS.

Itu artinya tidak ada jaminan penggemar sepakbola yang membanjiri Rusia 'bebas AIDS' sehingga ada risiko penularan HIV kepada warga Rusia melalui hubungan seksual. Jika ini terjadi tentu mendorong penyebaran HIV/AIDS di Rusia. Sebaliknya penggemar bola dari luar Rusia pun bisa tertular HIV kalau melakukan hubungan seksual dengan perempuan Rusia, terutama dengan PSK.

Adalah hal yang mustahil, misalnya, menyaratkan 'kartu bebas AIDS' bagi penggemar bola yang berkunjung ke Rusia karena banyak faktor yang tidak mendukung 'bebas AIDS' bagi seseorang. Misalnya, ada masa jendela. Ketika tes HIV untuk persyaratan 'kartu bebas AIDS' dilangsungkan di bawah tiga bulan sejak tertular HIV, maka hasil tes HIV bisa negatif palsu (HIV ada di darah tapi tidak terdeteksi) atau positif palsu (HIV tidak ada di darah tapi hasil tes reaktif karena reagent mendeteksi 'virus' yang bukan antibody HIV).

Terkait dengan risiko menularkan dan tertular HIV di Rusia selama turnaman Piala Dunia 2018 berlangsung tentulah jadi pekerjaan rumah, terutama bagi negara-negara peserta, untuk mengingatkan warganya yang akan ke Rusia agar menjaga diri.

Dilaporkan polisi mengeluarkan larangan rumah bordir di Rusia tutup selama turnamen berlangsung, 14 Juni -- 15 Juli 2018 di 11 kota. Tapi, ini tidak jaminan karena praktek pelacuran bisa terjadi di mana saja, baik di 11 kota tsb. maupun di luar kota-kota itu dan tidak pula harus di rumah bordir.

Laporan dailymail.co.uk (10/5-2018) menyebutkan bahwa ruma bordir dan hotel menyediakan robot seks pertama di Rusia yang mulai dibuka menjelang Piala Dunia dalam upaya untuk menarik uang penggemar dan pemain.  

Layanan robot seks di kamar hotel dipatok dengan dengan tarif 60 poundsterling (setara dengan Rp 1,2 juta) per jam. Bandingkan dengan tarif PSK antara Rp 760.000 -- Rp 1,8 juta per jam  (themoscowtimes.com, 4/12-2014). Sedangkan di salah satu kota, Murmansk, tarif PSK per dua jam antara Rp 790.000 - Rp 1,9 juta (bbc.com, 3/12-2014). Bisa jadi selama Piala Dunia tarif melonjak apalagi karena ada larangan polisi menutup rumah bordir.

Bulan Agustus 2018 di dua kota di Indonesia yaitu Jakarta dan Palembang akan dilangsungkan pesta olahraga Asia (Asian Games) ke-28 mulai tanggal 18 Agustus -- 2 September 2018. Beberapa negara di Asia diketahui jumlah kasus HIV/AIDS yang tinggi (avert.org dan aidsdatahub.org), seperti India (2,1 juta), Cina (501.000), Thailand (450.000), Vietnam (250.000), Myanamar (230.000).

Selain atlet tentu ada pendukung yang akan berkunjung ke Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan ada di antara pendukung tsb. pengidap HIV/AIDS, bahkan bisa jadi ada juga PSK dari negara-negara itu datang ke Indonesia.

Dalam kaitan inilah pemerintah diharapkan bisa memberikan informasi yang akurat tentang langkah-langkah konkret menghindari risiko tertular HIV dengan pendukung dari berbagai negara pada Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun