Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Kurang Gizi" Itu Terminologi yang Tidak Merakyat

28 Mei 2018   16:23 Diperbarui: 28 Mei 2018   20:34 2017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tangan konsumen dipengaruhi pula oleh cara-cara pengolahan sampai memasak yang juga bisa mengurangi atau menurunkan kadar nutrisi makanan.

Penelitian di Cina dan Jepang menunjukkan ada penurunan kadar protein padi pada varietas yang diuji di demplot yang dipengaruhi oleh CO2. Protein turun 10 persen, seng turun 8 persen, dan zat besi turun 5 persen. Bukan itu saja. Ternyata kandungan vitamin B1, B2, B5, dan B9 juga turun yang berbeda pada varietas yang diuji (Baca juga: 2 Miliar Penduduk Bumi Akan Makan Nasi Tanpa Nutrisi).

Terkait dengan cara pengolah yang berpengaruh terhadap nutrisi pada makanan, Prof Dr Ir Rindit Pambayun, MP, Guru Besar Ilmu Pangan Uniersitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, memberikan contoh cara mencuci beras yang merugikan.  Sambil dicuci beras diaduk-aduk sampai air cuciannya bening. "Itu menghilangkan vitamin, seperti vitamin B, yang ada di kulit air beras," kata Prof Rindit pada acara pemberian materi bagi 20 blogger peserta "Danone Blogger Academy" bersama Kompasiana di Kantor Danone Indonesia, Gedung Cyber 2, Kuningan, Jakarta Selatan (3-4 November 2017).

Prof Rindit benar karena di kulit ari beras itu selain vitamin (B1, B2, B5, dan B9) juga ada protein, seng dan zat besi. Itulah sebabnya Prof Rindit sampai pada kesimpulan tidak perlu mencuci beras sebelum dimasak agar kandungan vitamin dan protein yang ada di beras tidak hilang. "Ya, kita canangkanlah 'Gerakan Nasional Tidak Mencuci Beras'," kata Prof Rindit  (Baca juga: Gerakan Nasional Tidak Mencuci Beras).

Kisruh soal gizi, stunting, dll. yang ada di tataran terminologi akademis terjadi karena tidak membumi. Pesan yang disampaikan sebagai informasi ke masyarakat terkendala karena ada jurang antara pengirim pesan (instansi dan institusi) dan penerima pesan (masyarakat).

Dalam kaitan inilah diharapkan instansi dan institusi terkait lebih memikirkan padanan kata dari sebuah terminologi yang membumi agar masyarakat memahaminya dengan baik sehingga tidak menimbulkan misleading (menyesatkan). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun