Yang jadi persoalan besar adalah penyebab stunting yang disebut kurang gizi. Ini semacam terminologi 'dewa' karena artinya tidak mudah dipahami oleh setengah orang. Terminologi ini benar-benar tidak semerta membawa perhatian ke masalah yang sebenarnya.
Kurang gizi terkesan ada sesuatu yang disebut gizi. Bisa sebagai makanan atau yang lain. Soalnya, disebut-sebut kurang gizi bukan hanya pada masyarakat kelas bawah tapi juga pada kalangan menengah ke atas.
Tambah puyeng, 'kan.
Penjelasan yang sering dengan bahasa akademis berbau 'dewa' akhirnya tidak memasyarakat. Defenisi nutrisi tidak dijabarkan dalam bahasa baku dengan diksi yang mudah dipahami orang banyak.
Rumusan di id.wikipedia, misalnya: Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal.
Tapi, apa dan bagaimana bentuk nutrisi atau gizi itu? Di mana terdapat nutrisi atau gizi itu? Dst ....
Nah, nutrisi atau gizi adalah zat yang terdapat dalam makanan yaitu: protein, vitamin, mineral, dan lemak. Zat-zat ini dibutuhkan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Ternyata nutrisi atau gizi terdapat dalam bahan makanan. Nah, apakah kurang makan atau kelaparan bisa disamakan dengan kurang gizi?
Terminologi terkait makanan kian ruwet lagi ketika istilah "4 Sehat 5 Sempurna" dikatakan sudah usang dan diganti dengan makanan gizi seimbang (Baca juga: Makanan Bergizi, Bukan "4 Sehat 5 Sempurna" tapi Makanan dengan "Gizi Seimbang")
Itu artinya ada kaitan gizi dengan kandungan nutrisi, vitamin, dan protein di bahan-bahan makanan, Bisa jadi kualitas bahan makanan yang berkurang seiring dengan penggunaan pestisida yang berlebihan, penggunaan zat-zat kimia, pengaruh iklim dan cuaca, penanganan panen dan pasca panen, pengepakan, penyimpanan sampoai dengan distribusi ke konsumen.