Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS Babel, Perilaku Berisiko Tidak Otomatis Jadi Penyebab HIV/AIDS

10 Mei 2018   18:19 Diperbarui: 10 Mei 2018   18:42 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: homeandhealthcaremanagement.com)

*Heteroseksual justru penyumbang terbesar kasus AIDS  

"Belum lagi berbagai komunitas publik yang terbentuk. Hubungan laki-laki antar laki-laki, perempuan dengan perempuan atau yang dikenal dengan LGBT juga menjadi penyumbang terbesar meningkatnya HIV/AIDS di Indonesia." Ini pernyataan dalam berita "Dokter Dewi Ungkap Indonesia Darurat HIV/AIDS Karena Alasan Ini" di bangka.tribunnews.com, 2/5-2018. Tidak jelas apakah ini pernyataan dr Dewi Inong Irana, SpKK, FINSDV, FAADV atau kesimpulan wartawan yang menulis berita ini.

Yang jelas berpijak pada laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 24 Mei 2017 tentang jumlah kasus AIDS yang dilaporkan menurut faktor risiko tahun 2010-2017 menunjukkan jumlah kasus AIDS dengan faktor risiko homoseksual (gay dan waria) 4,23 persen dan biseksual 0.58 persen. Bandingkan dengan kasus AIDS melalui faktor risiko heteroseksual yang mencapai 67,8 persen. Semua secara nasional.

Lalu, kok bisa dizebutkan "....LGBT juga menjadi penyumbang terbesar meningkatnya HIV/AIDS di Indonesia" Ini menyesatkan dan mendorong stigma (cap buruk) serta diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap Odha (Orang dengan HIV/AIDS).

Selain itu belum ada laporan kasus penularan HIV di dunia dengan faktor risiko lesbian. Entah dari mana orang-orang yang menyebut LGBT penyumpang kasus HIV/AIDS mendapat data tentang kasus penularan HIV dengan faktor risiko lesbian.

Yang bisa dijadikan tolok ukur adalah kasus AIDS karena sudah menjalani tes HIV dengan konfirmasi sesuai dengan standar prosedur tes HIV yang baku Badan Kesehatan Dunua (WHO). Sedangkan kasus HIV tidak semua menjalani tes konfirmasi, seperti laporan kasus dari PMI yang hanya berdasarkan uji saring darah donor.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Bangka Belitung (Babel) per 31 Maret 2017 sesuai dengan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 24 Mei 2017 berjumlah 1.323 yang terdiri atas 873 HIV dan 450 AIDS. Jumlah ini menempatkan Babel pada peringkat 25 secara nasional.

Disebutkan dalam berita meningkatnya penyakit HIV/AIDS ini ada beberapa faktor. Tapi faktor utamanya disebabkan karena pergaulan bebas dan melakukan hubungan seks yang tidak aman. 

Tidak jelas apa yang dimaksud dengan pergaulan bebas. Ini terminologi bermuatan moral yang tidak eksplisit artinya. Lagi pula kalaulah yang dimaksud dengan 'pergaulan bebas' adalah hubungan seksual di luar nikah, maka itu hanya perilaku berisiko yang tidak otomatis terjadi penularan HIV.

Soalnya, penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar pernikahan jika salah satu atau kedua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta medis.

" .... hubungan seks yang tidak aman" juga bukan penyebab penularan HIV karena kalau kedua pasangan itu tidak mengidap HIV, maka biar pun melakukan hubugan seksual yang tidak aman yaitu laki-laki tidak memakai kondom, tapi dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada (risiko) penularan HIV.

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah ada sejak tahun 1987, tapi informasi tentang HIV/AIDS tetap saja tidak akurat karena dibalut dengan norma, moral dan agama sehingga lebih kental sebagai mitos (anggapan yang salah).

Maka, langkah-langkah atau cara-cara pencegahan pun selalu dibalut dengan moral seperti pernyataan dr Dewi ini: "Cara mencegahnya mulai sekarang harus bergaul sehat, artinya jangan seks bebas. Di luar negeripun sudah mulai bergaul sehat. Di Indonesia, adanya internet anak-anak banyak yang melihat informasinya, tapi informasi yang mereka terima tidak lengkah atau bahkan salah. Akibatnya mereka melakukan pergaulan bebas diusia dini hingga akhirnya terkena HIV."

Bergaul sehat pun yaitu melakukan hubungan seksual sesuai dengan norma, moral, agama dan hukum kalau salah satu atau kedua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak pakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual tetap ada risiko penularan HIV (Baca juga: GuruAgama Ini Kebingungan Anak Keduanya Lahir dengan AIDS).

'Seks bebas' juga adalah terminologi yang ngawur karena tidak jelas artinya. Istilah ini terjemahan bebas dari free sex yang justru tidak dikenal dalam kosa kata Bahasa Inggris. Silakan lihat kamus-kamus Bahasa Inggris. Tidak ada entry atau lema free sex.

Kalau 'seks bebas' adalah zina, maka zina bukan penyebab penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina, melacur, dll.), tapi karena kondisi ketika terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.

Selama informasi HIV/AIDS hanya sebatas mitos, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terjadi yang pada gilirannya terjadi penyebaran HIV di masyarakat yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. * [aidsindonesia.com] *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun