Paket Pelayaran
Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong perusahaan penerbangan menjalankan bisnis yang dikenal sebagai tarif penerbangan murah atau low cost carrier (LCC) yang membuat ongkos kapal terbang nyaris sama dengan ongkos bus, kereta api (KA) dan kapal laut untuk jarak tertentu. LCC inilah tantangan berat yang dihadapi oleh Pelni karena kemudian orang memilih kapal terbang.
Sebagai perbandingan tarif kapal terbang dari Jakarta-Surabaya, misalnya, mulai dari Rp 475.000-an. Ongkos bus eksekutif Rp 265.000, ongkos KA Eksekutif Rp 495.000, sedangkan ongkos kapal laut mulai dari Rp 246.00 (ekonomi, dewasa) sampai Rp 736.500 (kelas 1, dewasa). Dari sisi waktu tentulah kapal terbang yang jadi pilihan karena waktu penerbangan rata-rata 1 jam 15 menit. Sedangkan bus dan KA sekitar 13 jam, kapal laut 12 jam.
Dalam kaitan itulah diharapkan PT Pelni menelurkan paket-paket pelayaran yang bisa menarik minat pengguna transportasi darah dan udara. Memang, pertimbangan utama adalah waktu (tempuh). Tapi, untuk kegiatan-kegiatan yang tidak tergantung dengan waktu tentulah kapal laut bisa jadi pilihan. Â
Apalagi mulai Lebaran tahun ini cuti bersama ditambah dua hari sehingga libur Lebaran antara enam sampai delapan hari tentulah bagi yang mudik jarak pelayaran pendek dan menengah, dua sampai tiga hari, bisa mempertimbangkan angkutan laut.
Yang dipersoalan penumpang di pelabuhan-pelabuhan yang tidak bisa disandari kapal Pelni adalah masalah perilaku pemilik perahu yang tidak bersahabat. Ongkos angkat koper dari kapal pun bisa puluhan ribu rupiah. Ongkos pun kadang-kadang mereka 'pukul'. Ini mungkin salah satu penyebab mengapa penumpang tujuan Bengkulu, Padang, dan Sibolga lebih memilih kapal terbang atau bus.
Dalam kaitan itu Pelni bisa menggalang kerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam menyediakan angkutan dari kapal ke dermaga sehingga penumpang tidak dijadikan objek. Adalah pertanyaan besar, mengapa pemerintah daerah di kota-kota pelabuhan tidak memikirkan keluhan penumpang?
Padahal, kota-kota pelabuhan itu bisa jadi kota transit bagi penumpang yang tiba dan akan berlayar. Seperti dari wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan, misalnya, lebih dekat ke Sibolga daripada ke Padang atau Belawan. Tapi, karena ulah pemilik perahu di Pelabuhan Sibolga banyak warga dari daerah ini yang lebih memilih ke Belawan. Padahal, angkutan umum dari Sibolga ke wilayah Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan hanya memerlukan waktu 3-4 jam. Sedangkan ke Belawan satu hati atau satu malam.
Seminar dan Workshop
Pelni juga didorong agar membuat jadwal tetap untuk daerah-daerah yang tidak potensial sebagai tujuan, seperti di jalur Barat yaitu: Bengkulu (Bengkulu), Padang (Sumbar), Sibolga (Sumut), Tapaktuan (Adeh) P Sinabang (Aceh), Meulaboh (Aceh), Banda Aceh sampai Sabang.
Kendala yang dihadapi Pelni tentulah jenis kapal karena berlayar di samudra. Itu artinya harus kapal besar dengan kapitas 3.000 atau 2.000 penumpang. Kalau jadwal ditetapkan pada liburan sekolah, lebaran dan tahun baru bisa saja kapasitas kapal terpenuhi.