Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Aceh, Sebatas Penyangkalan dan Mencari Kambing Hitam

9 Maret 2018   06:58 Diperbarui: 9 Maret 2018   07:21 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selama ini kasus tersebut sering dan banyak ditemui di pesisir Timur dan Utara Aceh yang notabene berdekatan dengan Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut)." Ini pernyataan Kasie Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Aceh, Iman Murahman (jawapos.com, 6/3-2018),

Estimasi kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Aceh sebanyak 1.300, sedangkan kasus yang sudah terdeteksi pada kurun waktu tahun 2004-2017 berjumlah 632. Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, 24 Mei 2017, menyebutkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Aceh sampai tanggal 31 Maret 2017 adalah 684 yang terdiri atas 346 HIV dan 338 AIDS. Dengan jumlah ini Aceh ada para peringkat ke-31 secara nasional dalam jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS.

Penyangkalan

Itu artinya banyak kasus yang belum terdeksi di masyarakat sehingga potensial sebagai mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Pernyataan Iman di atas merupakan salah satu bentuk penyangkalan dan mencari kambing hitam. Apa kaitan langsung antara Kota Medan dengan kasus HIV/AIDS di Aceh? (Baca juga: AIDS di Papua: Penyangkalan Terhadap Perilaku Seksual Laki-laki Papua dan AIDS di 'Kota Hujan' Bogor: Penyangkalan dengan 'Kambing Hitam' Penduduk Luar Kota).

Sama juga halnya dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa indisen penularan HIV/AIDS di Aceh terjadi pasca tsunami. Ini jelas menyesatkan (Baca juga: Menyesatkan, Informasi Tentang Insiden HIV/AIDS di Aceh Terjadi Pasca Tsunami).

Sebagai virus HIV ada di dalam darah pengidap HIV/AIDS sehingga tidak mungkin menular melalui pergaulan sosial sehari-hari. Biar pun berdekatan, bagaimana HIV yang ada dalam tubuh warga Kota Medan yang mengidap HIV/AIDS berpindah ke warga Aceh?

Tentu saja perpindahan virus (HIV) terjadi al. melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi tanpa memakai kondom dengan pengidap HIV/AIDS. Yang jadi persoalan besar adalah orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya.

Maka, perpindahan HIV dari warga Kota Medan yang mengidap HIV/AIDS ke warga Aceh terjadi melalui hubungan seksual berisiko. Itu artinya ada warga Aceh, khususnya laki-laki dewasa, yang perilaku seksualnya berisiko.

Di bagian lain Iman mengatakan: "Sudah bergeser (kasus HIV/AIDS-pen.). Pergeserannya karena Banda Aceh sebagai salah satu kota besar di Aceh. Banyak orang-orang dari luar masuk ke Banda Aceh. Sehingga di sini menjadi pusat pertemuan banyak orang."

Lagi-lagi terjadi penyangkalan terkait dengan perilaku seksual berisiko dan menjadikan pendatang sebagai kambing hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun