Kita berhitung luar kepala saja. Berapa, sih, gay dan transgender di Kota Depok? Bandingkan dengan jumlah dan frekuensi hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki beristri yang menjadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, serta yang sering berzina dengan perempuan lain. Ada dua tipe PSK, yaitu:
PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.
Mungkin Pemkot Depok membusungkan dada dengan mengatakan: Di Kota Depok tidak ada pelacuran!
Kalau yang dimaksud lokasi atau lokalisasi pelacuran pernyataan itu benar adanya. Tapi:
(1). Apakah Pemkot Depok bisa menjamin tidak ada perzinaan dalam bentuk transaksi seksual yang melibatkan PSK langsung dan PSK tidak langsung di Kota Depok?
(2) Apakah Pemkot Depok bisa menjami tidak ada laki-laki dewasa warga Kota Depok yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti, di dalam dan di luar nikah, di Kota Depok dan di luar Kota Depok?
Kalau Pemkot Depok tetap ngotot hanya memusatkan perhatian pada LGBT dalam penanggulangan HIV/AIDS, maka penyebaran HIV, terutama melalui laki-laki heteroseksual, akan terus terjadi di masyarakat melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran HIV terjadi secara diam-diam sebagai the silent disaster (pembunuh terselubung) yang merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H