Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penggabungan Kereta Bogowonto dan Senja Utama Solo Berujung Ricuh, Penumpang Butuh Ketegasan Manajemen

25 Februari 2018   09:43 Diperbarui: 26 Februari 2018   12:27 5775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu benar-benar konyol," kata anak saya. Mengapa tidak diumumkan jauh-jauh sebelum calon penumpang KA Bogowonto disuruh masuk ke peron. Lagipula ada pengumuman yang mengatakan kursi untuk calon penumpang Bogowonto cukup tersedia di KA Senja Utama Solo. Lalu, untuk apa menukarkan tiket kalau toh tetap bisa berangakat. Lagi pula tiket itu kan "naik kelas".

Setelah rangkaian KA Senja Utama Solo berhenti di peron 1 diumumkan bahwa yang lebih dahulu naik adalah calon penumpang KA Senja Utama Solo dan menempati tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket.

Takut tak kebagian kursi

"Duh, suasana ricuh. Semua berebut naik," tulis anak saya di WA. Lebih ricuh lagi di dalam gerbong karena pemegang karcis KA Senja Utama Solo memaksa duduk di kursi yang sesuai dengan nomor di tiket. Memang, dianjurkan agar calon penumpang KA Bogowonto naik di gerbong belakang mulai dari gerbong 5. "Ya, orang-orang takut tidak kebagian tempat jadi rebutan," kata anak saya yang terpaksa ikut desak-desakan naik ke gerbong.

Kalau saja PT KAI sedikit mau memutar otak kan bisa diatur lebih baik. Yang menyesakkan, seperti kata anak saya, petugas di gerbong malah lempar senyum melihat kegaduhan yang terjadi. "Duh, saya tidak habis pikir," kata anak saya lagi tentang ulah petugas-petugas yang dinilainya senang melihat kegaduhan itu.

Misalnya, calon penumapng KA Bogowonto tidak masuk ke peron dulu sebelum semua penumpang KA Senja Utama Solo duduk di kursi masing-masing. Nah, setelah itu baru calon penumpang KA Bogowonto masuk sesuai dengan jumlah sisa kursi di setiap gerbong.

Di gerbong 1, misalnya, ada 10 tempat duduk. Nah, 10 calon penumpang KA Bogowonto yang paling depan di antrean diarahkan ke gerbong 1. Begitu seterusnya. Agar lebih cepat semua pintu dipakai untuk memudahkan cek identitas. KA akhirnya dilepas kepala stasiun pukul 00.00. Kemudian pada pukul 08.45 anak saya kabari dia sedang sarapan di Jalan Malioboro yang memang tidak jauh dari Stasiun KA Tugu Yogyakarta.

Memang, jangankan di KA di kapal terbang pun sering ricuh. Saya bingung orang berebut di pintu naik di bandara. Adalah hal yang mustahil ada penumpang yang tidak kebagian tempat duduk di kabin kapal terbang.

Tapi, kok berdesakan di pintu? Rupanya, banyak penumpang yang membawa barang tentengan menghindarkan timbangan babasi. Tas di pundak kiri dan kanan. Tentengan di tangan kiri dan kanan. Nah, mereka berebut mencari tempat barang di kabin. Maka, ada yang barangnya mulai dari depan sampai belakang.

Kondisinya kian runyam karena orang Indonesia paling malas sedunia untuk antre. Ada saja ulah mereka untuk menerobos antrean. Maka, petugas harus tegas menghadapi penerobos antrean walaupun berlagak bego dan bloon serta memakai baju seragam kesatuan, ormas, dll.... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun