Celakanya, media massa, terutama televisi, tidak mendorong masyarakat ke ranah reading society (masyarakat gemar membaca) karena sebagai media audio-visual materi siaran televisi tidak memerlukan kemampuan membaca yang baik (Baca juga: Televisi Mengubah Media Habit Masyarakat*). Cukup dengan memakai telinga karena ada programm dubbing (mengganti dialog bahasa asing dengan bahasa Indonesia).
Kondisi itu merusak tatanan masyarakat sehingga tidak mencapai writing society (masyarakat gemar menulis). Televisi menjadikan masyarakat sebagai budak dalam konteks filming society (masyarakat gemar menonton). Yang bikin celaka ada juga film yang justru berisi konten kekerasan, intolerans, dll. sehingga sangat mudah mempengaruhi pemirsa dengan tingkat literasi yang rendah dan apresiasi media yang kurang baik.
Rudiantara membuka pintu lebar-lebar bagi berbagai kalangan yang ingin mendorong dan meningkatkan literasi dan edukasi media masyarakat. "Seperti kompasianer (sebutan untuk blogger anggota terdaftar di Kompasiana-pen.) saya yakin bisa menyebarkan konten-konten positif," kata Rudiantara dengan nada yakin.
Harapan Rudiantara bisa saja kelak masyarakat sampai pada tahap "Katakan Tidak untuk Situs Porno". *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H