Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perkosaan dalam Perkawinan dan Biseksual Jauh Lebih Serius daripada Zina dan Homoseks

15 Desember 2017   09:10 Diperbarui: 15 Desember 2017   13:24 4425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: thedailybeast.com)

Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: Apakah seorang istri berani bertanya kepada suaminya tentang perilaku seksual suami di luar rumah?

Tentu saja tidak akan ada yang berani. Maka, penyuluhan IMS dan HIV/AIDS yang menyasar ibu-ibu rumah tangga jelas salah sasaran.

Dalam epidemi HIV/AIDS kasus-kasus pada kalangan laki-laki gay merupakan 'terminal terakhir' karena mereka berada dalam komunitas yang tidak bersinggungan langsung dengan masyarakat dalam hal hubungan seksual.

Berbeda dengan kasus IMS dan HIV/AIDS pada waria yang justru jadi masalah besar karena 'pelanggan' (laki-laki yang menempong) waria justru laki-laki beristri dengan berbagai pembenaran. Misalnya, hubungan seksual dengan waria tidak mengingkari cinta ke istri karena tidak melalukan seks vaginal, dll. (Baca juga: Lebih Tuntas dengan Waria).

Yang juga jadi masalah besar bagi istri adalah jika suami seorang biseksual. Dengan kondisi ini istri berada pada risiko tinggi tertular IMS atau HIV/AIDS atau kedua-duanya sekaligus karena suaminya juga melakukan hubungan seksual sejenis yang disebut Lelaki Suka Seks Lelaki (LSL). Hubungan seks anal tanpa kondom seorang laki-laki biseksual dengan pasangannya yang juga laki-laki berisiko tinggi terjadi penularan IMS atau HIV/AIDS jika salah satu pasangan itu mengidap IMS atau HIV/AIDS.

Karena tidak ada sanksi moral dan pidana terhadap suami yang menularkan IMS atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus kepada istrinya, maka lagi-lagi istri jadi korban sebagai pelengkap-penderita.

Ternyata banyak di antara kita yang lebih mementingkan urusan privasi orang lain daripada menyelamatkan perempuan-perempuan yang berada pada posisi yang powerless serta voiceless menghadapi kekerasan seksual dalam perkawinan.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun