(b) PSK yang yang disebut dari daerah lain yang berdomisili di Waropen jelas orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV, tapi mengapa ada laki-laki dewasa warga Waropen yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa kondom.
(c) Apakah tidak ada laki-laki dewasa warga Waropen yang melakukan perilaku berisko tinggi tertular HIV, antara lain melakukan hubungan seksual dengan PSK di luar Waropen?
Penyangkalan dan menyalahkan orang lain justru menyesatkan sehingga mengabaikan perilaku seksual sebagian warga yang berisiko tertular HIV.
Ada lagi pernyataan dari Executive Director Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA), Ramdani Sirait: "Selain edukasi yang lemah tentang seks yang aman, banyak orang non-Papua yang ketahuan dan tes darah dan positif mereka ternyata bukan warga Papua. Salah satunya adalah PSK yang berasal dari daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan sebagainya." Â
Pernyataan Sirait ini juga mendorong penyangkalan dan mencari-cari kambing hitam. Biar pun banyak PSK yang mengidap HIV/AIDS tidak akan pernah terjadi penularan HIV kalau tidak ada laki-laki dewasa warga Waropen yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK tsb.
Maka, kuncinya ada pada laki-laki dewasa warga Waropen: melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK dengan risiko tertular HIV atau sebeliknya tidak melakukan hubungan seksual dengan PSK agar tidak ada warga yang tertular HIV. Keputusan dan pilihan ada pada warga Waropen bukan pada PSK. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H