Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Risiko Penyakit Genetika Tidak Otomatis Mengubah Gaya Hidup

26 Agustus 2017   06:08 Diperbarui: 27 Agustus 2017   17:10 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Banyak yang menduga bahwa orang-orang yang mengetahui bahwa mereka memiliki risiko genetika terhadap penyakit tertentu, akan mengubah gaya hidup mereka." Ini kutipan dari berita di "VOA Indonesia" (Studi: Sulit Mengubah Kebiasaan Buruk Demi Kesehatan, 25/8-2017).

Fakta justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Ini hasil terbaru dari riset yang dijalankan oleh Universitas Cambridge. Meskipun dibekali dengan informasi genetika untuk membantu mengambil keputusan kesehatan yang tepat, bukan berarti kita bisa menerapkannya dengan baik.

Itu jelas merupakan realitas sosial. Contoh yang paling gampang adalah ketika berobat dokter selalu bertanya: Apa penyakit orang tua?

Nah, banyak dari kita selalu menutup-nutupi penyakit orang tua. Padahal, dokter mau memastikan apakah penyakit yang kita derita ada kaitannya secara genetika dengan penyakit yang diidap orang tua.

Ada beberapa jenis penyakit yang diturunkan secara genetika. Seperti thalasemia, diabetes, kanker payudara, dll. Maka, tidaklah mengherankan kalau aktris Hollywood Angelina Jolie membuat keputusan yang ekstrim dengan mengangkat payudaranya karena orang tuanya punya riwayat kanker payudara. Selain payudara Jolie juga mengangkat indung telus untuk menghindari kanker rahim. Dengan cara itu secara medis risiko kanker payudara di bawah 20 persen.

Periset menemukan komponen genetika yang terkait dengan perilaku buruk, seperti kecanduan nikotin dan alkohol, serta obesitas. Tapi, itu tadi biar pun ada risiko penyakit genetika banyak orang yang justru mengabaikan fakta itu sehingga dirinya ada pada risiko tinggi terkena penyakit genetika.

Risiko penyakit tidak semerta membawa perubahan pada pola hidup sehat, seperti dikatakan oleh Job Godino, Universitas California, San Diego, AS, "Lebih mudah untuk malas bergerak. Lebih mudah untuk makan makanan yang tidak sehat . Jadi mengubah perilaku hanya dengan informasi terkait risiko, sepertinya tidak cukup."

Informasi tentang risiko penyakit genetika tidak cukup ampuh untuk mengajak orang-orang yang berisiko untuk mengubah gaya hidup agar terhindar dari penyakit tsb. James Lu, pendiri perusahaan uji coba DNA, Helix, misalnya sepakat dengan hal itu dan mengatakan: "Kita perlu mengawasi orang dari waktu ke waktu. Kita perlu lebih fleksibel mengenai bagaimana kita mengubah intervensi dan menyesuaikannya dengan mereka."

Betapa sulitnya mengubah gaya hidup biar pun ada risiko penyakit terkait dengan gaya hidup tersebut. Seperti disebut James mereka harus diawasi dari waktu ke waktu. Tentu saja ini merupakan pekerjaan sulit dan terkait dengan privasi.

Informasi tentang apakah seseorang mempunyai kecenderungan mengidap penyakit tertentu bisa diketahui dari uji DNA (deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus. Instruksi-instruksi genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme dan virus-id.wikipedia).

Ketika uji DNA seseorang menunjukkan risiko penyakit yang ada pada dirinya rupanya tidak semerta bisa menjadi informasi yang berguna bagi mereka dalam menjalani hidup yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun