Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tes HIV bagi Calon Mempelai Laki-laki Pembuktian Laki-laki Tidak Perjaka

4 Agustus 2017   15:27 Diperbarui: 4 Agustus 2017   15:32 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Shuttersctock)

Lagi pula tes HIV ketika masa jendela, tertular di bawah tiga bulan, bisa menghasilkan:

(a) negatif palsu yaitu HIV sudah ada di darah tapi belum bisa dideteksi reagent karena antibody HIV belum terbentuk

(b) positif palsu yaitu HIV tidak ada di darah tapi reagent bereaksi reaktif. Ini bisa terjadi karena virus lain pun bisa dideteksi reagent pada masa jendela.

Jika yang terjadi kondisi (a), maka itu artinya bencana bagi istri dan anak-anaknya kelak karena ada risiko penularan dari suami ke istri. Jika istri tertular HIV dari suami ada pula risiko penularan HIV secara vertikal dari ibu-ke-janin yang dikandungnya, terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Ketika yang terjadi kondisi (b), maka 'tamatlah' riwayat calon mempelai laki-laki karena bisa jadi pernikahan batal. Tapi, bisa juga pernikahan dilanlunjutkan dengan bimbingan dokter agar tidak terjadi penularan dari suami ke istri.

Perilaku banyak suami yang menjadi pelanggan 230.000 PSK langsung menjadi pintu masuk HIV terhadap   isteri dan perempuan lain yang jadi pasangan. Catatan Kemenkes sampai Desember 2012 ada 6,7 juta laki-laki di Indonesia yang menjadi pelanggan PSK langsung. Dari jumlah ini 4,9 juta beristri (antarabali.com, 9/4-2013).  Jumlah itu belum termasuk laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan PSK tidak langsung, laki-laki pelaku kawin-cerai, kawin-kontrak, dll.

Ketika penanggulangan HIV/AIDS dibumbui dengan norma, moral dan agama langkah-langkah yang konkret pun tidak bisa lagi dijalankan karena penolakan yang sangat kuat terhadap kondom. Tapi, ironis karena di satu sisi kondom ditolak sebagai alat untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual di sisi lain semua orang berharap vaksin AIDS (baca: HIV) segera diproduksi (Ironis: Kondom Ditolak, Vaksin AIDS Ditunggu-tunggu).

Dengan pelacuran terbuka estimasi UNAIDS (Badan Khusus PBB untuk HIV/AIDS) jumlah kasus HIV di Thailand pada tahun 2015 sebanyak 440 000 [terendah 400 000 - tertinggi 490 000], bandingkan dengan Indonesia yang sudah menutup ratusan lokasi dan lokalisasi pelacuran estimasi kasus HIV tahun 2015 sebanyak  690 000 [terendah 600 000 -- tertinggi 790 000]. Tanpa penanggulangan yang konkret penyebaran HIV di Indonesia akan sampai pada 'ledakan AIDS' yang bisa seperti di Afrika. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun