Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jalan Kaki? Ternyata Orang Indonesia Paling Malas Sedunia

12 Juli 2017   11:35 Diperbarui: 17 Juli 2017   19:19 19546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah rata-rata langkah penduduk setiap negara dan daerah. Biru mengindikasikan penduduk yang sering melangkah, sedangkan merah menandakan penduduk yang jarang melangkah. (Sumber: BBC Indonesia/TIM ALTHOFF)

Obesitas dan aktivitas yang rendah juga menjadi bumerang karena bisa berujung pada penyakit gula (diabetes). Direktur Institut Diabetes Indonesia (INDINA), Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPd-KEMD, FACE, mengatakan, di era modern ini juga membuat orang yang tinggal di desa rentan terkena diabetes (Diabetes Juga Penyakit Ancaman Orang Pedesaan, kompas.com, 29/4-2016). Kata Sidarta: "Dulu, mereka mau ke sawah jalan kaki, sekarang naik sepeda motor. Makan tetap banyak, tetapi aktivitas fisik semakin berkurang."

Ketika penulis sekolah di SMP di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, akhir tahun 1960-an, tiap pagi berjalan kaki sekitar 3 Km dan menyeberangi sungai karena tidak ada jembatan. Sekarang sudah ada angkot (angkutan kota), motor dan ojek yang lewat sekolah itu sehingga anak-anak pun tidak lagi berjalan kaki ke sekolah.

Ramah Pejalan Kaki
Sebuah laporan singkat menyebutkan bahwa kota-kota di Amerika Serikat yang ramah terhadap pejalan kaki kerap memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Warganya juga lebih berpindidikan (Apakah pejalan kaki lebih cerdas dari orang yang memilih naik kendaraan?, BBC, 5/9-2016).

Salah seorang peneliti yang tergabung dalam badan advokasi masalah tata kota, Smart Growth America, Christipher Leinberger, Fakultas Bisnis, Universitas George Washington, mengungkapkan, daerah yang ramah pejalan kaki, "Memilih jumlah warga cerdas sepertiga kali lebih banyak dibandingkan yang ramah pengemudi." Namun, dia tidak tahu apakah tempat yang ramah pejalan kaki menarik orang yang lebih berpendidikan, atau orang yang berpendidikanlah yang pindah ke suatu kota yang kemudian menjadi ramah pejalan kaki.

Persoalan besar di kota-kota besar dan kecil di Indonesia adalah trotoar yang tidak memadai. Ada trotoar yang dijadikan tempat berjualan, jadi tempat parkir mobil dan motor, dipakai pemotor, dll. Bahkan, di Kelapa Gading, Jakarta Utara, ada pos polisi di trotoar.

Berbeda dengan negara lain, sebut saja Singapura dan Malaysia, yang menyediakan trotoar yang nyaman sehingga berjalan kaki pun tidak lagi terganggu.

Sudah saatnya pemerintah menggaungkan "Gerakan Nasional Berjalan Kaki", misalnya bagi murid-murid sekolah, mahasiwa dan pegawai yang jarak ke kantor di bawah 5 Km dianjurkan jalan kaki. Tentu setelah menyiapkan trotoar dan tempat-tempat penyebarangan yang aman.

Selain memicu obesitas yang berujung ke diabetes, kurang beraktivitas juga akan membuat kebugaran rendah yang pada gilirannya mempengaruhi kesiapan memerima pelajaran dan mengerjakan tugas kantor. Ahli-ahli kesehatan menyebutkan setiap hari minimal harus berjalan kaki 10.000. Kalau satu meter dua atau tiga langkah, itu artinya setiap hari minimal harus berjalan kaki antara 3-5 Km. Ada juga pendapat bisa disubtitusi dengan berjalan kaki atau jogging dua kali seminggu masing-masing 90 menit.

Mari, kita mulai berjalan kaki untuk kebugaran dan ksehatan fisik. Mens sana in corpore sano: dalam jiwa yang sehat, tubuh akan sehat dan sebaliknya.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun