Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukan Hanya Pedofilia, Banyak Kejahatan Seksual Terkait dengan Parafilia

16 Maret 2017   09:59 Diperbarui: 17 Maret 2017   00:00 2548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: eluniversal.com.mx)

Suasana pagi hari yang biasanya ceria di sekitar tempat kos penulis di salah satu kawasan di Kota Jogja, DI Yogyakarta, tapi hari itu tiba-tiba susana mencekam karena gadis-gadis di sana marah-marah.

Ada apa?

Rupanya, pakaian dalam, terutama Bra dan CD (celana dalam), yang mereka rendam dan dijemur hilang. Ini kejadian di awal tahun 1970-an. Tentu saja hal itu jadi pukulan berat bagi anak kos, khususnya yang dari luar Jawa karena sering dikaitkan dengan perilaku yang tidak baik. Maklum, cara hidup keseharian di Jogja tentu berbeda dengan di daerah asal anak-anak kos. 

Lalu, bagaimana caranya agar anak-anak kos rantau, terutama cowok, tidak jadi ‘tersangka’?

Dengan beberapa teman kami membentk ‘tim pengintai’. Setiap malam semua kamar kos cowok diintai.

Fetihisme

Busyet. Di salah satu kamar kos seorang cowok tidur telanjang terlentang. Di bagian hidungnya ada Bra dan di penisnya diletakkan CD. Akhirnya kasus kehilangan Bra dan CD pun terbongkar. Lega sekali rasanya karena lolos dari tuduhan sebagai pencuri kutang dan celokan ladam. Untuk menjaga nama baik teman tadi kami tidak menyebebarkan kasus ini di lingkungan kos.

Perilaku anak kos tadi dikenal sebagai fetihisme yaitu menyalurkan dorongan seksual melalui benda-benda yang dipakai lawan jenisnya, terutama benda-benda yang menempel ke kulit. Fetihisme sendiri adalah bagian dari parafilia yaitu orang-orang yang menyalurkan dorongan hasrat seksual dengan cara yang lain (Parafilia, Memuaskan Dorongan Hasrat Seksual ’di atau dari Sisi Lain’).

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selama ini orientasi seksual yang umum adalah heteroseksual (lawan jenis), homoseksual (sejenis) dan biseksual (lawan jenis dan sejenis). Di antaranya ada parafilia. Sayangnya, yang ‘populer’ di masyarakat hanya paedofilia. Celakanya, banyak yang salah kaprah yaitu tidak bisa membedakan antara paedofilia dan sodomi.

Yang bisa dikategorikan sebagai ‘predator anak’, seperti judul berita di Harian “KOMPAS” (15/3-2016) ini “PREDATOR ANAK.Jaringan Paedofil Leluasa di Indonesia“ bukan pedofila, tapi pelaku sodomi. Soalnya, pedofilia tidak melakukan hubungan seksual, seks vaginal dan seks anal, dengan cara-cara kekerasan tapi mereka lakukan dalam relasi sosial yang umum. Misalnya, anak laki-lak diangkat jadi anak angka, keponakan angkat, dll. Sedangkan anak perempuan selain dijadikan anak angkat atau anah asuh ada pula yang dijadikan sebagai isteri.

Jangkan orang awam, polisi dan menteri pun tidak bisa membedakan paedofilia dengan sodomi. Laki-laki yang mengiming-imingi korbannya dengan uang dll. untuk melakukan seks vaginal atau seks anal atau kedua-duanya tidak otomatis sebagai paedofilia tapi lebih tepat disebut sebagai pelaku sodomi atau pemerkosa.

Ketika ada pelaku sodomi ditangkap polisi berita di media massa dan media online pun langsung menyebut sebagai pedofilia atau gay. Ini tidak pas karena seks anal tidak hanya dilakukan oleh pedofilia dan gay. Lagi pula sodomi dilakukan dengan bujukan dan ancaman sehingga bukan pedofilia (Pelaku Sodomi Tidak Otomatis Seorang Paedofilia atau Gay).

Begitu juga dengan kasus-kasus prostitusi atau pelacuran anak selalu saja dikaitkan dengan pedofilia dan gay. Padahal, pelaku pelacuran anak bukan karena mereka pedofilia atau gay. Ada beberapa alasan laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual, seks vaginal dan seks anal, dengan anak-anak, misalnya mereka menganggap anak-anak ‘bersih’, bebas penyakit kelamin, dll. (Prostitusi Anak: Seks Anal Tidak Otomatis Hanya Dilakukan oleh Gay).

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kasus parafilia yang jauh lebih menakutkan adalah infantofilia yaitu laki-laki dewasa yang menyalurkan dorongan seksual ke bayi dan anak-anak umur 0 – 7 tahun. Korban termuda yang ditangani polisi adalah bayi perempuan umur 9 bulan di Jakarta Timur (2013). Kasus yang ditangani polisi 36 (Infantofilia Mengintai Bayi dan Anak-anak Sebagai Pelampiasan Seks).

HIV/AIDS

Jumlah kasus terkait parafilia yang ditangani polisi tidak menggambarkan kasus yang terjadi di masyarakat. Kasus-kasus yang tidak dilaporkan (dark number) terjadi karena banyak alasan, seperti malu karena menyangkut anggota keluarga, dll.

Parafilia lain, seperti cougar, bestialis, dan fetihisme juga banyak terjadi tapi kasus yang sampai ke polisi masih sedikit. Biar pun kasus yang dilaporkan sedikit bukan berarti perilaku ini bisa diabaikan karena potensial sebagai kasus yang menyerang harkat manusia.

Bentuk parafilia lain yang juga banyak kasus yang dilaporkan adalah incest yaitu hubungan seksual antar anggota keluarga sedarah. Sudah ada 19 kasus yang dilaporkan. Incest ini jadi masalah besar karena terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Hampir tidak ada jalan bagi mereka untuk menghentikan kehamilan. Padahal, anak-anak yang lahir dari kehamilan incest biasanya akan mengalami masalah kesehatan.

Masalah lain yang luput dari perhatian terkait dengan perilaku parafilia adalah infeksi menular seksual (IMS), dikenal luas sebagai ‘penyakit kelamin’, seperti kencing nanah (GO), raja singat (sifilis), virus hepatitis B, klamidia, dll., serta HIV/AIDS.

Dalam kaitan itulah diharapkan tenaga medis di Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dll. lebih awas memeriksa anak-anak dan remaja yang berobat. Seperti kasus infantofilia di Jakarta Timur tenaga medis di salah satu rumah sakit swasta jeli ketika memeriksa pasien dengan memeriksa bagian-bagian tubuh bayi tsb. Tenaga medis menemukan vagina bayi itu infeksi. Rumah sakit meneruskan kasus ke polisi.

Sedangkan kasus pedofilia sangat sukar dihadapi karena tidak ada unsur paksaan. Bahkan, ada orang tua yang senang ketika anaknya dibawa ke luar negeri dengan alasan akan disekolahkan di sana. Yang lain dengan modus anak angkat, anak asuh, istri, dll. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun