Sama juga halnya dengan jumlah kasus yang sedikit. Banyak kepala daerah yang menepuk dada karena di daerahnya jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sedikit. Ini menyesatkan karena bisa saja kasus yang terdeteksi sedikit karena mekanisme pendeteksian kasus HIV/AIDS hanya pasif.
Bisa juga terjadi fasilitas tes HIV tidak ada di daerah tsb., atau hanya ada di ibukota provinsi atau ibu kota kabupaten. Tentu ini jadi faktor penghalang. Kondisinya kian runyam karena di daerah itu tidak ada LSM yang bergerak aktif dalam penyuluhan dan penjangkuan HIV/AIDS sampai ke masyarakat dan populasi kunci.
Ada daerah yang bangga karena kasus HIV/AIDS yang terdeteksi sedikit. Penguasa daerah itu pun menganggap hal itu sebagai hasil dari sistem pemerintah yang khusus. Padahal, ketika banyak daerah sudah menjalankan survailans tes HIV terhadap berbagai komunitas di daerah itu sampai tahun 2004 hanya sekali dilakukan survailans tes HIV yang terbatas. Setelah tahun itu pun fasilitas tes HIV juga sangat terbatas. Akibatnya, ada warga dari daerah itu yang tes HIV dan mengambil obat di luar daerah tsb.
17 Pintu Masuk AIDS
Ada pula daerah yang menganggap dengan memenjarakan pekerja seks komersial (PSK) yang terdeteksi mengidap IMS (infeksi menular seksual, seperti sifilis, kencing nanah, dll.) otomatis penularan baru HIV/AIDS berkurang. Tentu ini menyesatkan karena:
(a) bisa saja yang menularkan IMS ke PSK itu adalah laki-laki dewasa penduduk setempat sehingga laki-laki ini jadi mata rantai penularan IMS di masyarakat,
(b) sebelum PSK itu ditangkap dia sudah melayani puluhan bahkan ratusan laki-laki dewasa penduduk setempat yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, dan
(c) bisa saja ada PSK yang dipenjarakan itu sekaligus juga mengidap HIV/AIDS sehingga laki-laki dewasa yang pernah ata sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK tsb. tertular IMS sekaligus HIV/AIDS.
Laki-laki pada kasus (b) dan (c) juga akan jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat. Semua terjadi tanpa disadari karena pada batas tertentu tidak ada gejala dan keluhan kesehatan yang khas infeksi HIV/AIDS.
Berbangga kasus HIV/AIDS sedikit boleh-boleh saja asalkan bisa mencegah penularan HIV melalui 17 pintu masuk, al.:
(1) pemerintah daerah tsb. bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa yang melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, Â dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom dengan perempuan yang berganti-ganti, Â