* Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia (Hanya) di Hilir ....
Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, menyebutkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia priode tahun 1987 – 30 Juni 2015 sebanyak 291.465 yang terdiri atas 208.909 HIV dan 82.556 AIDS dengan 14.234 kematian. Sedangkan estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 600.000, yang terdeteksi baru separuh. Dari jumlah yang terdeteksi itu pun baru 70.000-an yang meminum obat antiretrorival (ARV).
Populasi Kunci
Yang perlu diingat adalah kasus yang terdeteksi tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS yang sebenarnya ada di masyarakat. Epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Fenomena gunung es adalah kasus yang terdeteksi digambarakan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.
Sebagian besar dari laki-laki pelanggan PSK ini adalah suami. Maka, tidaklah mengherankan kalau sejak dekade 2010 banyak ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Mereka ini adalah kelompok risiko rendah karena hanya melakukan hubungan seksual dengan suami. Sampai 1 Desember 2015 dilaporkan 9.096 ibu rumah tangga sebagai Odha (Orang dengan HIV/AIDS) [BBC Indonesia, 1/12-2016].
Dalam Gambar I jelas terlihat bahwa pemerintah tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi perilaku berisiko laki-laki dewasa karena transaksi seks terjadi dengan waria, PSK langsung, PSK tidak langsung, dan perempuan gratifikasi seks yang tidak dilokalisir. Dari estimasi Kemenkes itu ada 6.747.503 laki-laki yang menjadi pelanggan PSK langsung dan PSK tidak langsung.
Ketika kondisi di atas terjadi, maka intervensi hanya bisa dilakukan terhadap ibu rumah tangga yang hamil sebagai langkah penanggulangan di hilir. Disebut di hilir karena ibu-ibu rumah tangga itu sudah tertular HIV baru ditangani.
Salah satu langkah untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa adalah melakukan intervensi berupa keharusan laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung. Intervensi ini hanya bisa dilakukan secara efektif jika praktek pelacuran dilokalisir (Gambar II). Dalam kondisi ini pun intervensi juga dilakukan terhadap ibu-ibu rumah tangga yang sedang hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.