Pulangkan PSK AIDS
Ketika Kepri belum berdiri sendiri sebagai provinsi dan jadi bagian dari Provinsi Riau pemerintah setempat menanggulangi HIV/AIDS dengan memulangkan PSK yang terdeteksi HIV/AIDS ke kampung halamannya. Tapi, pemerintah daerah lupa kalau warga Riau termasuk warga Kepri ada yang sudah tertular HIV dari PSK yang dipulangkan tsb. Nah, laki-laki inilah kemudian yang jadi mata rantai penyebaran HIV di Riau dan Kepri terutama melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi laki-laki atau suami tidak pakai kondom setiap kali hubungan seksual.
Ada lagi pernyataan yang menyesatkan, yaitu: Sebelum dinyatakan benar-benar positif, virus HIV dan AIDS ini memerlukan waktu lima hingga 10 tahun untuk bisa terdeteksi.
Ini lagi-lagi tidak jelas apakah dikatakan oleh narasumber yang diwawancarai wartawan atau merupakan interpretasi wartawan. Untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau tidak bisa diketahui melalui tes HIV dengan sampel darah. Jika reagen yang dipakai adalah ELISA, maka reagen ini baru bisa mendeteksi antibody HIV di dalam darah minimal setelah tiga bulan tertular HIV. Tapi, ada jenis tes lain, seperti PCR, yang bisa mendeteksi virus HIV dalam darah beberapa saat setelah tertular. Maka, pernyataan di atas benar-benar menyesatkan.
Waktu 10 tahun itu adalah masa AIDS yaitu ketika kondisi kekebalan tubuh orang-orang yang tertular HIV sudah rendah. Ini terjadi karena sel-sel darah putih banyak yang rusak setelah ‘dipakai’oleh HIV sebagai ‘pabrik’ untuk menggandakan diri. Secara statistik masa AIDS terjadi rata-rata antara 5-15 tahun. Ada yang di bawah lima tahun, tapi ada pula yang di atas 15 tahun. Agaknya, wartawan tidak bisa membedakan masa jendela (window priode) dengan masa AIDS (Lihat gambar).
Disebutkan lagi: Pemerintah selalu berupaya untuk menekan bertambahnya jumlah penderita. Berbagai upaya pencegahan terus dilakukan seperti, membentuk pendidik sebaya atau duta HIV dan AIDS, sosialisasi di setiap puskesmas, dan mengajak warga untuk ikut tes Voluntary Counseling Test (VCT).
Perilaku Berisiko
Tes HIV adalah langkah di hilir artinya warga ‘dibiarkan’ dulu tertular HIV baru dites. Padahal, yang jadi persoalan besar adalah insiden penularan HIV baru pada laki-laki dewasa yang melakukan perilaku berisiko di hulu, yaitu:
(1) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom di dalam ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.
(2) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual di luar ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.