Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tes HIV Calon Pengantin di Sragen: Tes HIV bukan Vaksin HIV

4 November 2016   16:20 Diperbarui: 4 November 2016   16:25 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(3) Melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan waria. PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a) PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b) PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat plus-plus, ‘artis’, ‘cewek spg’, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, ibu-ibu rumah tangga, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.

Tes HIV sebelum menikah tidak jadi jaminan bahwa kelak si suami tidak akan pernah melakukan perilaku seksual yang berisiko tertular HIV. Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga menunjukkan suami melakukan hubungan seksual berisiko sebelum menikah atau selama dalam ikatan pernikahan yang sah (Lihat Gambar).

Lagi pula kalau hanya menyasar calon pengantin untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS tidak akan berarti bagi upaya penanggulangan HIV/AIDS. Kondisinya seperti gambar di bawah ini.

Syaiful W. Harahap
Syaiful W. Harahap
Nah, risiko penularan HIV baru justru banyak terjadi melalui hubungan seksual yang berisiko. Persoalannya adalah Pemkab Sragen akan bersuara lantang dengan mengatakan: Di wilayah Kabupaten Sragen tidak ada pelacuran!

Ya, itu benar. Tapi, tunggu dulu. Yang tidak ada adalah pelacuran yang dilokalisir. Sedangkan praktek pelacuran dalam berbagai bentuk berupa transaksi seks terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Maka, langkah konkret yang bisa menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, melalui hubungan seksual yang berisiko adalah dengan melakukan intervensi yaitu memaksa laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual berisiko.

Tanpa intervensi, maka penularan HIV baru akan terus terjadi yang pada gilirannya insiden penularan HIV baru tsb. jadi ‘bom waktu’ yang kelak jadi pemicu ‘ledakan AIDS’. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun