Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kematian Pengidap HIV/AIDS di Kota Cilegon, Banten

15 Oktober 2016   04:44 Diperbarui: 15 Oktober 2016   04:49 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: The Express Tribune)

Salah satu program global dalam penanggulangan HIV/AIDS sejak lima tahun yl. adalah tidak ada (lagi) kematian terkait HIV/AIDS dari program menuju nol, yakni:  Zero new HIV infections. Zero discrimination. Zero deaths from AIDS-related illnesses.

Kematian pada pengidap HIV/AIDS adalah karena penyakit yang terkait dengan infeksi HIV bukan karena HIV atau AIDS. Maka, pernyataan pada lead berita ini tidak tepat. Dalam berita “111 Warga Cilegon Meninggal Akibat HIV/AIDS” (harianterbit.com, 6/9-2016) disebutkan “Selama kurun tahun 2015 hingga Juli 2016 dilaporkan sebanyak 111 warga Kota Cilegon, Banten, meninggal dunia akibat teridentifikasi positif penyakit Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).”

Pernyataan “meninggal dunia akibat teridentifikasi positif penyakit Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)” jelas tidak akurat karena kematian pengidap HIV/AIDS bukan karena HIV atau AIDS. Kematian pada pengidap HIV/AIDS disebabkan oleh penyakit-penyakit yang muncul pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV), seperti diare, TBC, dll.

Dengan kematian 111 dari 523 kasus HIV/AIDS (355 HIV dan 168 AIDS) atau 21,22 persen menunjukkan tingkat kematian (mortalitas) pengidap HIV/AIDS di Kota Cilegon, Provinsi Banten, sangat tinggi. Sayang, dalam berita tidak dijelaskan penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kematian 111 pengidap HIV/AIDS tsb.

Dengan tidak menyebutkan penyakit penyebab kematian, berita itu pun menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS karena disebutkan kematian 111 pengidap HIV/AIDS itu karena HIV/AIDS. Ini menyesatkan.

Ada kemungkinan 111 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu terjadi karena mereka terdeteksi mengidap HIV/AIDS setelah masa AIDS. Artinya, mereka sudah tertular antara 5-15 tahun sebelumnya sehinga ketika terdeteksi mereka sudah mengidap penyakit infeksi oportunistik.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon, dr Ariadna, mengatakan: "Kami terus berupaya untuk mengantisipasi pencegahan penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya." 

HIV/AIDS bisa diobati, tapi tidak bisa disembuhkan yaitu dikenal sebagai obat antiretroviral (ARV). Seorang pengidap HIV/AIDS baru mulai meminum obat ART berdasarkan hasil tes CD4 yaitu 350. Obat ARV untuk menurunkan tingkat replikasi HIV di dalam darah pada pengidap HIV/AIDS, bahkan bisa HIV tidak terdeteksi setelah meminum obat ARV. Tapi, bukan berarti HIV tidak ada lagi di dalam darah. Hanya tidak terdeteksi.

Biar pun 111 pengidap HIV/AIDS yang meninggal itu terdeteksi di maxa AIDS kalau diberikan obat ARV akan menurunkan risiko kematian karena daya tahan tubuh mereka naik sehingga tidak mudah tertular penyakit infeksi oportunistik.

Disebutkan: Bahkan, mereka penderita penyakit itu didominasi ibu rumah tangga, sehingga cukup memprihatinkan kepada mereka sehari-harinya banyak tinggal di rumah.

Yang memprihatinkan adalah banyak suami di Kota Cilegon yang melakukan perilaku berisko, yaitu:

(1) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom di dalam ikatan pernikahan yang sah di Kota Cilegon atau di luar Kota Cilegon dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(2) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual di luar ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti Kota Cilegon atau di luar Kota Cilegon dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara prempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.

(3) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, Kota Cilegon atau di luar Kota Cilegon, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan waria. PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a) PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b) PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat plus-plus, ‘artis’, ‘spg’, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, ibu-ibu rumah tangga, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.

Yang jadi persoalan besar adalah praktek PSK di Kota Cilegon tidak dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan intervensi yang efektif untuk menjangkau laki-laki yang melakukan perilaku nomor 3 (a). Celakanya lagi ketika praktek PSK tidak dilokalisir yang terjadi adalah praktek pelacuran yang melibatkan PSK tidak langsung. Ini jauh lebih sulit dijangkau karena transaksi seks terjadi di sembarang tempat dan sembaran waktu.

Langkah Pemkot Cilegon, dalam hal ini Dinkes Kota Cilegon, dalam menanggulangi HIV/AIDS disebutkan: "Kami terus mengoptimalkan sosialisasi dan kampanye baik di sekolah maupun masyarakat untuk menanggulangi penyebaran virus mematikan itu."

Selama praktek PSK tidak langsung terus terjadi, maka sosialisasi tidak akan banyak artinya karena laki-laki yang ngeseks dengan PSK langsung tidak bisa dijangkau. Itu artinya insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi sehingga penyebarn HIV/AIDS di masyarakat akan jadi ‘bom waktu’ yang kelak jadi pemicu ‘ledakan AIDS’ di Kota Cilegon. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun