“GBBS” dijalankan seirama dengan ‘revolusi mental’ yang dicanangkan pemerintah. Gerakan ini akan mendorong sikap mental masyarakat Indonesia sebingga menyadari betapa pentingnya kebersihan, pelestarian lingkungan, sikap ramah dan murah senyum sebagai modal untuk melayani wisatawan agar tingkat kunjungan terus bertambah. Sebaliknya, terbangun pula sikap yang nyata untuk mencegah perilaku buruk, seperti merusak lingkungan dan membuang sampah sembarangan. Kondisi ini jadi kontribusi yang penting dalam menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi masyarakat sendiri dan wisatawan.
Hanya dengan kesadaran suasana kondusif tercipta agar citra Indonesia sebagai negara maritim terbesar di Dunia bersinar dengan indah sebagai modal untuk menarik wisatawan mancanegara. Soalnya laporan Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) pada tahun 2015 Indonesia tidak termasuk sebagai salah satu dari 10 negara yang menerima wisatawan terbanyak (dw.com,27/9-2016). Sepuluh negara itu adalah (dimulain peringkat pertama dan jumlah wisatawan dalam juta orang): Perancis (84,5), Amerika Serikat (77,5), Spanyol (68,2), Cina (56,9), Italia (50,7), Turki (39,5), Jerman (35), Inggris (34,4), Meksiko (32,1), dan Rusia (3,13).
Asia Landscape
Apa yang jadi daya tarik negara-negara itu bisa jadi inspirasi bagi Indonesia dalam mengembangkan pariwisata. Misalnya, diversifikasi DTW. Ini sedang digalakka pemerintah melalui pengembangan 10 DTW baru yaitu: Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Babel), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jateng), Bromo, Tengger, Semeru (Jatim), Mandalika (NTB), Wakatobi (Sultra), Pulau Morotai (Malut), dan Labuan Bajo (NTB).
Jika badan otorita yang dibentuk pemerintah untuk mengembangkan 10 DTW baru itu tidak bergerak cepat, maka negara-negara yang juga mempunyai potensi wisata akan merebut wisatawan agar berkunjung ke negaranya. Ini akan jadi kenyataan karena warga negara kita, bahkan dari DTW tsb., yang justru jadi out bond (keluar) dalam berwisata. Selain negara banyak pula wisatawan yang mengunjungi suatu negara karena daya tarik salah satu kota di negara tsb.
Survey sebuah lembaga riset di Inggris, Euromonitor International, melaporkan ada 10 kota di dunia yang palig banyak dikunjungi wisatawan tahun 2015 (dw.com, 1/02-2016). Tapi, adakah kota di Indonesia masuk dalam daftar tsb.? Lihat Tabel II.
Selama ini Indonesia mengibarkan semboyan “Wonderful Indonesia” sebagai ‘bendera’ pariwisata nasional. Tentu saja timbul pertanyaan: Apakah dengan sarana dan prasarana terkait pariwisata serta sikap masyarakata seperti sekarang ini bisa dikatakan ‘hebat’?
Tentu saja tidak. Maka, amatlah pas langkah Kemenko Maritim yang menggerakkan semua lapisan masyarakat untuk mendukung program “GBBS” sebagai modal utama menggenjot arus wisatawan ke Indonesia. ***
Twitter: @infokespro